Jakarta, CNN Indonesia -- Amerika Serikat tidak akan membagi data intelijen terkait ISIS di Suriah dan tak akan menerima tawaran kerja sama dari Moskow untuk membasmi terorisme kecuali Rusia mengubah pendirian mereka soal masa depan Presiden Suriah Bashar al-Assad.
“Kami tidak akan bekerja sama dengan Rusia soal Suriah hingga mereka mengubah strategi mereka yang mendukung Assad untuk fokus pada ISIS,” kata juru bicara Departemen Pertahanan AS, Michelle Baldanza kepada
Sputnik, Jumat lalu.
Meski sama-sama memerangi ISIS, AS bersama pasukan koalisi berbeda pandangan dengan Rusia terkait isu Assad. AS ingin Assad hengkang, sedang Rusia mengatakan nasib Assad seharusnya ditentukan oleh rakyat Suriah sendiri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rusia juga dituding justru lebih menargetkan kelompok pemberontak moderat yang didukung oleh negara Barat.
Kelompok Amnesty International yang berbasis di London pekan lalu mengatakan bahwa seranagn Rusia menewaskan banyak warga sipil Suriah, hingga bisa menjadi tindak kejahatan perang.
Rusia membantah tudingan itu. "Pasukan Militer Angkasa tidak pernah mengenai sasaran sipil di Suriah," kata Bondarev. Para pilot terlatih dan "tidak pernah salah target, tidak pernah mengenai ... [tempat] yang dianggap sensitif: sekolah, rumah sakit, masjid," kata Viktor Bondarev dari angkatan udara Rusia dalam sebuah wawancara dengan televisi Rossiya 24, Minggu (27/12).
Sementara itu, PBB saat ini berupaya untuk mempertemukan pihak yang bertikai Suriah pada 25 Januari di Jenewa untuk memulai pembicaraan guna mengakhiri perang saudara yang sudah berlangsung hampir lima tahun.
(stu)