Putin Beberkan Strategi Keamanan, Sebut AS sebagai Ancaman

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Minggu, 03 Jan 2016 14:01 WIB
Dokumen yang memaparkan strategi keamanan Rusia sepanjang tahun 2016 menyebutkan Amerika Serikat sebagai salah satu ancaman.
Dokumen yang memaparkan strategi keamanan Rusia sepanjang tahun 2016 menyebutkan Amerika Serikat sebagai salah satu ancaman, dan menandakan memburuknya hubungan Rusia dengan Amerika Serikat. (Reuters//Kevin Lamarque)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dokumen yang memaparkan strategi keamanan Rusia sepanjang tahun 2016 menyebutkan Amerika Serikat sebagai salah satu ancaman. Hal ini terjadi untuk pertama kalinya, dan menandakan hubungan yang kian memburuk antara negari Beruang Merah tersebut dengan Barat dalam beberapa tahun terakhir.

Dokumen yang berjudul "Tentang Strategi Keamanan Nasional Federasi Rusia", ditandatangani oleh Presiden Vladimir Putin pada malam tahun baru. Dokumen ini menggantikan strategi keamanan Rusia yang diluncurkan pada 2009 yang ditandatangani oleh presiden saat itu, Dmitry Medvedev, yang kini menjabat sebagai perdana menteri. Dalam dokumen sebelumnya, baik AS maupun NATO tidak disebutkan sebagai ancaman.

Sementara, dokumen yang ditandatangani Putin menyebutkan bahwa Rusia berhasil meningkatkan perannya dalam memecahkan masalah global dan konflik internasional. Peran Rusia tersebut, menurut dokumen itu, merupakan reaksi atas berbagai langkah yang dilakukan oleh Barat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Penguatan [keamanan] Rusia terjadi dengan latar belakang ancaman terbaru terhadap keamanan nasional, yang memiliki sifat kompleks dan saling terkait," bunyi dokumen tersebut.

Dokumen itu menyebutkan bahwa dengan meluncurkan kebijakan yang independen, "internasional dan domestik" yang menyebabkan "penetralan dari Amerika Serikat dan sekutunya, yang berupaya mempertahankan dominasi mereka dalam urusan global."

Dominasi tersebut, pada gilirannya cenderung mengarah ke "[sektor] politik, ekonomi, militer dan tekanan informasi" pada Rusia,

Hubungan antara Rusia dan Barat mencapai titik terendah setelah pasukan Rusia mencaplok semenanjung Krimea dari Ukraina pada Maret 2014, setelah aksi unjuk rasa di Ukraina memaksa presiden Rusia pro-Moskow melarikan diri ke Rusia.

Sejak itu, Barat menuduh Rusia membantu kelompok pemberontak di timur Ukraina. Moskow membantah aktif membantu para pemberontak.

Amerika Serikat dan Uni Eropa memberlakukan sejumlah sanksi terhadap individu Rusia dan perusahaan. Moskow bereaksi dengan membatasi makanan dan barang-barang lainnya dari Uni Eropa.

Dokumen tersebut mengatakan bahwa Amerika Serikat dan Uni Eropa mendukung "anti-konstitusional kudeta di Ukraina", yang menyebabkan kesenjangan dalam di masyarakat Ukraina dan konflik militer.

Dokumen ini juga menyebutkan perluasan NATO sebagai ancaman terhadap keamanan nasional Rusia dan mengatakan bahwa Amerika Serikat telah mengembangkan jaringan laboratorium militer-biologis di negara tetangga ke negara-negara Rusia.

Dokumen yang berfungsi sebagai dasar untuk strategi perencanaan keamanan nasional ini berkaitan dengan berbagai badan-badan negara yang berbeda.

Meski demikian, dokumen ini tidak menyebutkan intervensi militer Rusiah di Suriah. Padahalm Rusia telah memulai serangan udara di Suriah sejalk 30 September lalu.

Kini, Rusia masih melanjutkan serangan udara yang menargetkan kelompok pemberontak anti-pemerintah yang menentang pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad, sekutu Rusia. (ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER