Jakarta, CNN Indonesia -- Arab Saudi mengeksekusi 47 tahanan, termasuk tiga warga Syiah, sehari setelah tahun baru 2016, yang sontak memicu kecaman dari seluruh dunia dan sejumlah negara Timur Tengah, khususnya Iran, negara yang mayoritas penduduknya warga Syiah. Namun, dalam memberitakan eksekusi puluhan orang ini, media Saudi memfokuskan pemberitaan mereka kepada reaksi warga Iran yang dengan marah menyerbu kantor kedutaan besar Saudi di Teheran.
Di Saudi, pers diatur oleh pemerintah dan diharuskan dalam konstitusi untuk "memperkuat persatuan nasional." Pada kenyataannya, pers di Saudi terus-menerus berada dalam pengawasan yang ketat.
Hubungan diplomatik Saudi dan Iran terputus pascaeksekusi seorang ulama Syiah, Nimr al-Nimr pada Sabtu (2/1). Saudi menilai Nimr merupakan pemimpin kelompok teroris, sementara Iran menilai Nimr merupakan ulama yang memperjuangkan kesetaraan warga Syiah di Saudi yang mayoritas penduduknya merupakan warga Sunni.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eksekusi ulama Syiah ini memicu penyerbuan ke kantor kedubes Saudi di Teheran pada Minggu (3/1). M
assa mencoba merangsek masuk gedung, menghancurkan furnitur dan memantik api, sebelum akhirnya berhasil dibubarkan polisi. Situs
Arab News, dalam laporan editorialnya yang berjudul "Hukum Memiliki Jalannya Sendiri" melaporkan ekseskusi puluhan tahanan tersebut sesuai dengan "proses hukum di pengadilan yang berlangsung selama bertahun-tahun." Media yang berbasis di Riyadh itu juga lebih menyoroti soal penyerbuan warga Iran ke kantor kedutaan besar Saudi.
Situs media ini menggambarkan kemarahan internasional atas eksekusi tersebut sebagai upaya untuk "membela tindakan teror." Sementara, editorial
Arab News menulis, "Untuk Arab Saudi, ini adalah masalah kedaulatan dan tidak boleh ada negara yang ikut campur dalam urusan internal kerajaan."
Profil Nimr yang ditulis
Arab News menyebutkan daftar kejahatan Nimr, termasuk "mengkritik pemerintah Saudi," menyerukan "pemisahan diri dari Provinsi Timur jika hak Syiah tidak dihormati," dan "menyerukan demonstrasi untuk melawan pasukan keamanan."
Sementara, situs
Saudi Gazette yang berbahasa Inggris menyoroti insiden ini dalam artikel berjudul "Muka Asli Teheran Terungkap," yang ditempatkan di halaman muka situs tersebut.
Dalam salah satu
artikel Saudi Gazette yang berjudul "Kepalan Tinju Melawan Terorisme" yang dipublikasikan pada Minggu (3/1), Saudi Gazette menampilkan infografis yang memaparkan ribuan kasus teror yang ditangani oleh "pengadilan khusus" kerajaan Saudi yang rahasia sejak 2008, beserta jumlah uang kompensasi yang dibayarkan kpeada para tahanan yang dibebaskan.
Dalam artikelnya,
Saudi Gazette menghindari kata "mengeksekusi" tahanan, dan menggantinya dengan "Arab Saudi mengeluarkan putusan terhadap 47 teroris yang telah diselidiki, dalam kedaulatannya yang dihormati oleh hukum internasional, dan dalam penegakan hukum dan penilaian nasional yang dikeluarkan oleh pengadilan pidana berdasarkan Syariah..."
Media lainnya,
Asharq al-Awsat, yang dimiliki oleh anggota keluarga kerajaan Saudi, juga memfokuskan reaksi warga Iran terhadap eksekusi Nimr, ketimbang berita soal eksekusi itu sendiri.
Situs dari media ini menulis bahwa Teheran telah "meluncurkan wajah aslinya dalam mendukung terorisme". Di halaman muka situs ini, terpampang artikel berjudul "
Nimr Sahaj, Faris al-Shuwail, Ali Al Ribeh: Anggota al-Qaidah Dieksekusi di Arab Saudi."
Sejumlah artikel lain di media itu berjudul, "
Mengapa Iran membela Nimr?" dan "
Bukan Sunni atau Syiah, Sekte Mereka adalah Terorisme."
(ama)