Konflik Saudi-Iran, PBB Desak Perdamaian di Yaman dan Suriah

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Selasa, 05 Jan 2016 08:01 WIB
PBB mendesak percepatan upaya perdamaian di Yaman dan Suriah, di tengah tegangnya hubungan Arab Saudi dan Iran usai eksekusi ulama Syiah, Nimr al-Nimr.
Juru bicara Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon sangat terganggu dengan pemutusan hubungan diplomatik antara Saudi dan Iran. (Reuters/Mariana Bazo)
Jakarta, CNN Indonesia -- Persatuan Bangsa-bangsa mendesak percepatan upaya perdamaian di Yaman dan Suriah, di tengah tegangnya hubungan Arab Saudi dan Iran usai eksekusi ulama Syiah, Nimr al-Nimr pada akhir pekan yang memicu protes.

Stephane Dujarric, juru bicara Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon pada Senin (4/1) menyatakan kepada Menteri Luar Negeri Saudi, Adel al-Jubeir bahwa Ban sangat terganggu dengan pemutusan hubungan diplomatik antara Saudi dan Iran. Ban juga mengungkapkan hal sama kepada Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif pada Minggu (3/1).

"Sekretaris Jenderal menegaskan bahwa serangan terhadap kedutaan Saudi di Teheran merupakan tindakan tercela, tetapi menambahkan bahwa pengumuman pemutusan hubungan diplomatik Saudi dengan Teheran sangat mengkhawatirkan," kata Dujarric.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sekretaris Jenderal mendesak kedua menteri luar negeri untuk menghindari tindakan lebih lanjut bisa memperburuk situasi antara kedua negara dan di kawasan secara keseluruhan," kata Dujarric.

Saudi memutuskan hubungan dengan Iran pada Minggu, setelah demonstran menyerbu kantor kedutaan besar Saudi di Teheran sebagai upaya protes atas eksekusi ulama Syiah, Nimr al-Nimr.

Saudi menilai Nimr merupakan seorang teroris, sementara Iran menganggapnya sebagai kritikus yang vokal menyuarakan kesetaraan hak warga Syiah di tengah mayoritas Sunni di Saudi.

Ban ingin memastikan bahwa Iran dan Saudi, dua kekuatan besar di Timur Tengah yang memiliki sejarah panjang perseteruan sektarian, melanjutkan komitmen mereka untuk mengakhiri konflik di Suriah dan Yaman. Dalam mengatasi konflik di kedua negara ini, Saudi dan Iran kembali berada dalam posisi yang berlawanan.

Di Yaman, Saudi memimpin koalisi serangan udara internasional untuk menggempur kelompok pemberontak Houthi. Sementara di Suriah, Iran mendukung sekutunya, Presiden Bashar al-Assad dan menuduh Saudi menciptakan sel teroris.

"(PBB) akan mendorong dan sangat berharap bahwa ketegangan saat ini tidak akan berdampak negatif pada dua proses perdamaian," kata Dujarric.

PBB menginginkan pembicaraan damai antara pemerintah Suriah dan kelompok oposisi dimulai di Jenewa pada tanggal 25 Januari 2016. PBB juga mendorong adanya gencatan senjata di Suriah.

Mediator Suriah di PBB, Staffan de Mistura dijadwalkan mengunjungi Riyadh dan Teheran pada pekan ini. Sementara mediator Yaman di PBB, Ismail Ould Cheikh Ahmed, akan kembali ke wilayah tersebut pada Kamis mendatang.

"De Mistura percaya bahwa krisis dalam hubungan Arab-Iran adalah perkembangan yang sangat mengkhawatirkan, dan ia menekankan perlunya memastikan hal itu tidak menyebabkan rantai konsekuensi yang merugikan di kawasan," katanya.

Pada Sabtu (2/1), bertepatan dengan eksekusi Nimr dan 46 tersangka teroris lainnya, koalisi serangan udara internasional pimpinan Saudi mengumumkan berakhirnya gencatan senjata, yang dimulai pada 15 Desember lalu. Hal ini merupakan kemunduran dalam upaya yang untuk mengakhiri konflik di Yaman.

Ban, melalui Dujarric menyatakan kepada Jubeir bahwa Saudi harus "memperbaharui komitmennya terhadap gencatan senjata" di Yaman. (ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER