Awal 2016, Kedatangan Imigran ke Jerman Tak Berkurang

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Kamis, 07 Jan 2016 10:22 WIB
Wakil Menteri Dalam Negeri Jerman menilai kurangnya kontrol di perbatasan Eropa menjadi penyebab arus imigran yang datang ke negaranya tetap banyak.
Sepanjang 2015, Eropa kedatangan lebih dari satu juta pengungsi, yang sebagian besar melarikan diri dari negara-negara berkonflik di kawasan Timur Tengah dan Afrika. (Reuters/Laszlo Balogh)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pekan pertama pada 2016, tak terlihat ada penurunan jumlah kedatangan imigran ke Eropa, utamanya ke Jerman. Wakil Menteri Dalam Negeri Jerman, Ole Schroeder, menilai kurangnya kontrol di perbatasan Eropa menjadi penyebab jumlah imigran yang datang ke negaranya tetap banyak.

Sepanjang 2015, Eropa kedatangan lebih dari satu juta pengungsi, yang sebagian besar melarikan diri dari negara-negara berkonflik di kawasan Timur Tengah dan Afrika. Upaya terbaru untuk membendung arus imigran diluncurkan oleh Denmark dan Swedia, yang melakukan pengecekan di wilayah perbatasan pekan ini. Langkah ini dinilai merupakan hambatan bagi warga di negara-negara zona Schengen ini.

Jerman menjadi salah satu negara anggota Uni Eropa yang paling terkena dampak atas arus imigran ini. Sejumlah sumber di Berlin menyebutkan terdapat 1,09 juta pencari suaka di Jerman sepanjang 2015.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami melihat rata-rata 3.200 pengungsi per hari tiba di Jerman, dan jumlahnya tidak menurun di hari-hari terakhir. Masalah kita saat ini di Eropa adalah bahwa kita tidak memiliki sistem kontrol perbatasan yang berfungsi, terutama di perbatasan Yunani-Turki," kata Schroeder di Brussels.

Uni Eropa mengandalkan Turki untuk membantu mengurangi jumlah imigran yang memasuki Benua Biru tersebut melalui kesepakatan dengan Ankara akhir tahun lalu. Turki berjanji akan menyerap lebih banyak pengungsi yang melarikan diri dari perang sipil Suriah.

Komentar Schroeder terlontar setelah berdiskusi dengan kepala imigrasi Uni Eropa, Dimitris Avramopoulos dan sejumlah pejabat Denmark dan Swedia untuk membahas kontrol perbatasan.

Jerman, Denmark dan Swedia menekankan mereka ingin menjaga zona Schengen tetapi kontrol yang efektif di perbatasan eksternal Eropa, serta upaya lainnya diperlukan untuk membendung arus imigran.

Komisi Eropa, yang berupaya untuk membantu menempa kebijakan migrasi Uni Eropa, utamanya usai sejumlah kasus kematian imigran yang mencoba menyebrangi Laut Mediterania pada April lalu, menyatakan hingga saat ini kebijakan tersebut masih tidak menghasilkan kemajuan yang signifikan.

Dari 160 ribu imigran yang disepakati akan dipindahkan dari Italia dan Yunani ke negara lain di Uni Eropa, baru 272 orang yang telah dipindahkan sejauh ini.

Komisi Uni Eropa memaparkan bahwa tiga pusat pengecekan imigran baru beroprasi di Italia dan Yunani, jauh dari target sebelumnya, yakni 11 pusat pengecekan. Italia menyatakan akan menambah dua pusat pengecekan imigran lagi tahun ini.

Pascal Brice, direktur Ofpra, lembaga yang bertanggung jawab atas pemberian suaka di Perancis, menyatakan ini menjelaskan hal ini akan memperlambat pengecekan pengungsi. Namun, keinginan para pengungsi untuk memilih Jerman sebagai negara tujuan juga tak bisa dikesampingkan sebagai faktor utama.

"Sistem di Perancis siap tapi keinginan para imigran untuk [mencari suaka di sana] masih lemah," katanya kepada Reuters dalam sebuah wawancara.

Jerman menjadi negara tujuan pengungsi karena selama ini selalu bersikap positif dan ramah terhadap imigran.

"Anda harus ingat mekanisme relokasi yang ditawarkan kepada para migran atas dasar sukarela," katanya.

"Untuk saat ini, sebagian besar imigran memilih Jerman, dan juga Inggris, yang menjelaskan situasi yang kita hadapi di Calais," ujar Brice, merujuk kepada kota pelabuhan Perancis, yang menjadi lokasi perkemahan ribuan imigran yang ingin mencapai daratan Inggris.

Brice optimistis Perancis akan dapat menampung 32 ribu pengungsi. Pada 2015, Perancis memberi suaka kepada 25 ribu warga, meningkat 60 persen dari tahun ke tahun. (ama/stu)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER