Jakarta, CNN Indonesia -- Setidaknya 30 militan dan empat personel tentara tewas dalam bentrokan di utara Sinai, Mesir, pada Kamis (14/1).
Seperti dilansir
CNN, bentrokan tersebut terjadi di dekat pos pemeriksaan keamanan di Kota Sheikh Zuweid.
ISIS langsung mengklaim sebagai dalang di balik serangan yang menargetkan pasukan keamanan tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam sebuah pernyataan, ISIS mengatakan bahwa tentara Mesir sudah berusaha menggempur mereka ke Desa Toma. Namun, para militan ISIS berhasil memukul mundur pasukan tersebut dengan melakukan serangan dan menewaskan personel militer.
Selain menargetkan personel keamanan, ISIS juga mulai menyerang sektor pariwisata di Mesir dengan menyerang turis, terutama di daerah Laut Merah.
Pada Jumat (8/1), dua pria bersenjata menyerang sebuah hotel di Kota Hurghada di kawasan Laut Merah dan melukai tiga orang.
Sehari sebelum insiden di hotel ini, terjadi serangan lain di pusat turis di Kairo. ISIS mengklaim sebagai dalang di balik serangan tersebut.
Mereka mengaku menjalankan misi tersebut sesuai dengan titah pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi, untuk menumpas semua orang Yahudi di manapun.
Sumber keamanan mengatakan bahwa turis di hotel tersebut mayoritas merupakan warga Arab Israel.
Teror besar sebelumnya juga terjadi di Mesir pada 31 Oktober 2015. Satu pesawat penumpang Rusia mengalami kecelakaan di Sinai, menewaskan 224 orang. Mayoritas korban merupakan turis yang sedang melakukan perjalanan pulang dari Sharm al-Sheikh, sebuah resor di Laut Merah.
Rusia dan negara Barat langsung melakukan investigasi dan menyatakan bahwa insiden tersebut merupakan aksi teror dengan menanam bom di dalam pesawat yang kemudian meledak di udara. Namun, Mesir menampik hasil penyelidikan tersebut.
Tak lama, kelompok militan ISIS mengaku menyelundupkan bom di dalam pesawat itu.
Pariwisata merupakan sektor penting bagi perekonomian Mesir. Namun, sektor tersebut tumbang sejak gejolak politik terjadi akibat revolusi yang menggulingkan Hosni Mobarak pada 2011.