Jakarta, CNN Indonesia -- Pada insiden malam Tahun Baru lalu, Caitlin Duncan, seorang perempuan asal Amerika Serikat, mengisahkan bahwa ia mengalami pelecehan seksual oleh sekelompok pengungsi Suriah di Cologne, Jerman. Namun, Duncan bertemu dengan beberapa pengungsi Suriah lain yang akhirnya menyelamatkannya.
Kepada New York Times, pelajar ilmu saraf dari Seattle ini menuturkan kisahnya.
Malam itu, Duncan terpisah dengan kekasihnya ketika berada di perempatan ramai di antara katedral dan stasiun kereta api utama di kota tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di tengah kebingungan, seorang pria mencuri topinya sebelum orang lainnya menyergapnya dari belakang, meraba kantung bajunya sementara laki-laki ketiga mencoba mencium wajah dan lehernya.
Gadis 27 tahun ini berhasil kabur dan berniat mengadu ke polisi, tapi mereka sangat sibuk mengatur persimpangan sehingga Duncan kembali terlempar ke dalam kerumunan. Sekelompok pria lain kembali mulai meraba dan menarik rambut Duncan.
"Saya langsung bersiap berkelahi dengan menendang dan memukul dan akhirnya berhasil kabur. Saya sangat ketakutan," katanya.
Saat itulah, ia bertemu dengan sekelompok pengungsi Suriah lain yang menawarkan bantuan. Mereka membentuk lingkaran melindungi Duncan menerobos kerumunan.
Para pengungsi itu bahkan menawarkan bantuan menelepon kekasih Duncan dan akhirnya mencari bersama karena ia tak dapat mengingat nomor pacarnya.
Pasangan tersebut akhirnya bertemu di dalam stasiun kereta api. Duncan pun menangis lega.
 Pengungsi menggelar aksi di Cologne Sabtu lalu, memprotes dugaan pelecehan yang dilakukan oleh para imigran pada perayaan Tahun Baru. (Reuters/Wolfgang Rattay) |
Salah satu orang yang menyelamatkan Duncan adalah Hesham Ahmad Mohammad, seorang guru sekolah dasar berusia 32 tahun yang hijrah dari Aleppo. Ia sedang merayakan Malam Tahun Baru di Cologne bersama pengungsi lainnya yang sudah tiba di Jerman.
Mohammad juga mengaku takut dengan kelompok yang melakukan serangan. Menurutnya, kelompok pengungsi tersebut sudah hilang akal karena terlalu banyak menenggak minuman beralkohol dan narkoba.
"Kami sering mendengar berita mengenai pengungsi yang mengatakan bahwa mereka adalah orang jahat dan harus kembali ke kampung halamannya. Ketika saya mendengar itu, saya sedih karena kami tahu memang ada orang jahat. Namun, ketika ada orang yang baik, tidak ada yang membicarakannya," katanya.
Kini, Duncan dan sekelompok pengungsi Suriah yang menjadi pahlawannya itu menjalin hubungan pertemanan baik. "Pada akhirnya, semua berjalan baik," ucap Duncan.
Merujuk pada data polisi, pencari suaka juga termasuk dalam 1.000 pria mabuk mayoritas Arab dan Afrika Utara yang bertanggung jawab atas insiden pada malam tahun baru tersebut. Insiden ini kembali menimbulkan gelombang protes anti-pengungsi dan serangan balas dendam di Jerman.
Pasca insiden ini, berbagai jajak pendapat menunjukkan bahwa warga Jerman ingin ada aturan baru mengenai pengungsi. Sementara itu, Kanselir Jerman, Angela Merkel, menyatakan akan melakukan kajian ulang terhadap aturan suaka dan mempermudah proses deportasi pelaku kriminal asing.
Sebanyak 751 orang telah melayangkan 676 aduan kriminal berkaitan dengan insiden malam Tahun Baru di Cologne. Dari keseluruhan keluhan, 347 di antaranya merupakan aduan pelecehan seksual.
Dari 19 orang yang diinterogasi, 10 di antaranya merupakan pencari suaka. Ketegangan terus terjadi, sampai-sampai salah satu tempat renang publik di Kota Bornheim melarang pencari suaka laki-laki masuk karena banyaknya keluhan pelecehan seksual.
Demo imigran memprotes seksismePada Sabtu (16/1), ruas jalan di sekitar stasiun kereta api tempat insiden Malam Tahun Baru tersebut terjadi kembali dipenuhi pengungsi Suriah.
Mereka mengangkat poster bertuliskan, "Kami menolak seksisme. Kami menghargai nilai-nilai Jerman."
Sementara itu, pengungsi Suriah lain sibuk membagikan bunga kepada orang yang melintasi jalan tersebut.
Di Stuttgart, para pengungsi Suriah menggelar aksi damai serupa bersama persatuan buruh, gereja-gereja, dan kelompok lain yang menentang kekerasan terhadap perempuan, pencari suaka, dan penolak Islamofobia.
Polisi memperkirakan ada 7.000 orang yang turut serta dalam aksi damai tersebut.
Seorang pendeta Protestan, Frank Otfried July, berkata di hadapan para peserta aksi damai, "Baik itu serangan pengecut ke rumah-rumah para pencari suaka, warga asing dikejar-kejar, atau kekerasan seksual, kita memberikan mereka kartu merah."
(stu)