Mahasiswa AS Ditahan di Korea Utara karena Insiden 'Hotel'

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Sabtu, 23 Jan 2016 19:33 WIB
Otto Warmbier, mahasiswa Amerika Serikat ditahan oleh Korea Utara ketika berkunjung ke negara itu karena sebuah insiden ketika dia menginap di sebuah hotel.
Ilustrasi penjara. (Thinkstockphotos.com)
Jakarta, CNN Indonesia -- Otto Warmbier, mahasiswa Amerika Serikat ditahan oleh Korea Utara ketika berkunjung ke negara yang terisolasi itu, karena sebuah insiden di hotel tempatnya menginap. Insiden tersebut tidak dirinci oleh petugas berwenang ketika menangkap Warmbier yang kala itu akan menaiki pesawat menuju China.

Kantor berita resmi Korea Utara, KCNA menyatakan pada Jumat (22/1) bahwa Warmbier "tertangkap melakukan tindakan yang memusuhi negara yang ditoleransi dan dimanipulasi oleh pemerintah AS."

Pemimpin kelompok tur dari Young Pioneer Tours, Charlotte Guttridge yang merupakan satu-satunya saksi terhadap penahanan Warmbier, menyatakan mahasiswa University of Virginia berusia 21 tahun itu tidak bersama dengan wisatawan lain, ketika insiden yang dianggap menghina Korut itu terjadi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Apa yang terjadi di hotel, menurut saya, disimpan oleh Otto sendiri, dengan harapan tindakan itu tidak diketahui orang lain," kata Guttridge.

Guttridge dan rekannya dari Young Pioneer Tours menolak merinci lebih lanjut tentang insiden apa yang terjadi, demi keselamatan Warmbier.

Selama di Korut, Warmbier menginap di Yanggakdo International Hotel saat kejadian yang berujung pada penangkapannya itu terjadi. Yanggakdo adalah bangunan menjulang di sebuah pulau di tengah sungai Taedong, yang memiliki akses ke pusat Pyongyang.

Young Pioneer Tours yang berbasis di China adalah agen perjalanan khusus ke Korea Utara. Dalam situsnya, agen ini mengklaim sebagai "operator tur yang menyediakan petualangan dengan harga murah ke tujuan yang tak akan disukai ibumu."

Selama tur Tahun Baru yang berlangsung selama lima hari di Korea Utara, staf Young Pioneer Tours menyatakan Warmbier bertindak normal, dan sangat bersemangat untuk melihat kehidupan sehari-hari di salah satu negara paling terisolasi di dunia ini. Meski terisolasi, Korut dikunjungi oleh sekitar 6.000 turis dari negara Barat setiap tahun. Selain Warmbier, terdapat 10 warga negara AS lainnya dalam tur tersebut.

"Sepanjang perjalanan, Otto berperilaku seperti wisatawan biasa, mengambil gambar, menikmati liburan. Kami tidak punya indikasi bahwa sesuatu yang tak diinginkan terjadi di bandara," kata Guttridge.

Bermasalah dengan imigrasi

Troy Collings, direktur Young Pioneer Tours, memaparkan ketika Warmbier dan kelompok wisatanya mencapai bandara, Warmbier nampaknya bermasalah di bagian pengecekan imigrasi.

Ketika proses check-in berlangsung, Warmbier didatangi oleh dua petugas bandara dan diminta ke ruang imigrasi yang berada di belakang pintu kayu, dekat gerbang pengecekan.

"Dia tidak diseret dan dia tidak berteriak," kata Guttridge.

Ketika Guttridge menunggu Warmbier untuk keluar dari ruangan, dia menginstruksikan seluruh kelompok turnya menaiki pesawat North Korea Air Koryo menuju Beijing.

"Ketika dia tak kunjung datang, saya harus naik pesawat," kata Guttridge, yang masih memiliki rekan lainnya di Pyongyang dengan sebuah kelompok lain wisatawan.

"Saya adalah orang terakhir yang menaiki pesawat itu," katanya.

Ketika pesawat siap lepas landas, seorang petugas bandara menyatakan kepada Guttridge bahwa Warmbier "dibawa ke rumah sakit."

Kabar selanjutnya tentang Guttridge diketahui ketika kontak Guttridge di Korea Utara meneruskan pesan tentang penahanan Warmbier ke pendiri tur Youth Pioneer Tours, Gareth Johnson, yang berada di Pyongyang dan akan segera berangkat ke China dengan kereta api.

"Saya memutuskan untuk tetap tinggal [di Korut] ketika saya mendengar Otto ditahan," kata Johnson.

"Itu merupakan reaksi yang otomatis. Saya mencoba mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dan berharap setidaknya saya dapat berbicara dengannya," ujar Johnson.

Johnson mengungkapkan pihaknya telah melakukan kontak dengan keluarga Warmbier, para pejabat AS dan Kedutaan Besar Swedia di Pyongyang, yang mewakili kepentingan AS di Korea Utara.

Staf operator tur itu menyatakan sejauh yang mereka tahu Warmbier tidak memiliki naskah agama maupun terlibat dalam kegiatan politik. Sejumlah warga AS yang ditahan di Korut sebelumnya karena dua alasan tersebut.

Departemen Luar Negeri AS menyatakan mereka mengetahui soal penahanan tersebut tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut. Keluarga Warmbier di Cincinnati, Ohio, juga belum memberikan pernyataan terkait hal ini. (ama/ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER