Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, menuduh Jerman menutup-nutupi kasus pemerkosaan seorang gadis remaja keturunan Jerman-Rusia yang berusia 13 tahun di Berlin, yang diduga dilakukan oleh imigran. Menurut Lavrov, tuduhannya ini berdasar keterangan seorang pejabat Jerman yang menyatakan kejahatan tersebut tidak pernah terjadi.
Kasus pemerkosaan ini pertama kali terkuak dari laporan sejumlah media Rusia yang menyatakan bahwa seorang gadis berusia 13 tahun diculik selama 30 jam, dan diperkosa secara berkelompok oleh sejumlah pria keturunan Arab di Berlin awal bulan ini.
"Saya berharap masalah ini tidak ditutup-tutupi, mengulangi insiden menghilangnya gadis Rusia di Jerman yang ditutup-tutupi untuk waktu yang lama karena sejumlah alasan," kata Lavrov, dikutip dari
CNN, Rabu (27/1).
Kasus pemerkosaan ini menuai kecaman dari para aktivis dan simpatisan sayap kanan dari komunitas berbahasa Rusia di Jerman. Mereka turun ke jalan-jalan di sejumlah kota di Jerman, meluncurkan unjuk rasa selama akhir pekan. Mereka membawa poster bertuliskan "Kami ingin aman" dan "Anak-anak kami dalam bahaya."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kantor kejaksaan Berlin menyatakan insiden tersebut tidak terjadi seperti yang dilaporkan oleh sejumlah media Rusia dan para pengunjuk rasa.
Perwakilan dari kantor kejaksaan menyatakan bahwa sang gadis yang berbahasa Rusia itu dilaporkan hilang oleh keluarganya sejak dia menghilang pada 11 Januari 2016. Ia kemudian kembali ke keluarganya setelah 30 jam tanpa kabar, mengaku diculik dan diperkosa.
Namun, pemeriksaan medis tidak menemukan bukti adanya pemerkosaan atau terjadinya hubungan seksual. Sang gadis kemudian diketahui mengubah ceritanya.
Lavrov memaparkan bahwa para pejabat Rusia tengah berkomunikasi dengan pengacara gadis tersebut, yang bekerja dengan keluarga si gadis dan juga di Kedutaan Besar Rusia di Jerman.
"Jelas bahwa [dia] tidak sengaja menghilang selama 30 jam. Kebenaran dan keadilan harus menang di sini," kata Lavrov.
Polisi dan jaksa di Jerman tengah sedang menyelidiki dua tersangka yang diduga terkait dalam kasus ini. Namun, belum ada rincian soal identitas para tersangka.
Lavrov memaparkan bahwa Rusia berharap Jerman "sukses menangani masalah-masalah besar yang disebabkan oleh imigran."
"Saya benar-benar berharap bahwa masalah imigrasi ini tidak akan menyebabkan upaya untuk memoles realitas hanya untuk kepentingan politik," kata Lavrov. "Masalah perlu dijabarkan apa adanya, dan solusi yang terbuka dan jelas perlu diajukan."
Juru bicara Kantor Kejaksaan Berlin, Martin Steltner menyatakan bahwa tidak ada bukti yang menguatkan klaim pemerkosaan yang menimpa Lisa F. Nama panjangnya sengaja tidak diungkapkan ke publik.
Kantor kejaksaan juga menyatakan bahwa hingga kini para penyidik masih belum mengetahui ke mana sang gadis menghilang, dan apa yang dilakukannya selama 30 jam itu.
Namun, kesaksian yang diberikan sang gadis ke pihak penyidik menunjukkan bahwa sang gadis diduga sudah melakukan hubungan seks sebelum menghilang. Jika benar, maka hubungan seksual itu dapat diklasifikasikan sebagai pelecehan anak atau perkosaan di bawah umur.
Reuters menyebutkan investigasi itu menunjukkan bahwa sang gadis telah melakukan hubungan seksual dengan dua pria berusia 20 tahun sebelum dia menghilang. Namun, kedua pria itu tidak terkait dengan kasus menghilangnya sang gadis.
Sementara, menanggapi tuduhan Lavrov, para pejabat Jerman menilai Rusia mempolitisir kasus ini. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Jerman, Martin Schaefer menyatakan dia yakin pada kemampuan polisi Berlin dan jaksa untuk menangani kasus ini.
Namun, dia tidak yakin dengan pemberitaan media di Rusia. Menurutnya, warga Rusia yang cerdas akan dapat memiliki opini sendiri terkait laporan tersebut.
"Lama kelamaan, kebohongan pasti akan terbongkar," kata Schaefer, dikutip dari
Reuters.
Schaefer juga mendesak para politisi, media dan keluarga sang gadis untuk mengingat "bahwa [kasus] ini soal seorang gadis berusia 13 tahun, dan pasti tidak berminat untuk mengeksploitasi ini secara politik."
(stu)