Malala Akan Galang Dana Rp19 Triliun untuk Pengungsi Suriah

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Senin, 01 Feb 2016 12:00 WIB
Malala Yousafzai akan berupaya menggalang dana hingga US$1,4 miliar (Rp19 triliun) untuk memberikan akses ke pendidikan bagi anak-anak pengungsi Suriah.
Malala Yousafzai akan berupaya menggalang dana hingga US$1,4 miliar (Rp19 triliun) untuk memberikan akses ke pendidikan bagi anak-anak pengungsi Suriah. (Reuters/Suzanne Plunkett)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemenang Nobel Perdamaian, Malala Yousafzai, akan berupaya mengajak para pemimpin dunia untuk menggalang dana hingga US$1,4 miliar, atau setara dengan Rp19 triliun guna memberikan akses ke pendidikan bagi anak-anak pengungsi Suriah.

Sejumlah kepala negara dan para menteri dari negara-negara di seluruh dunia akan berkumpul di London pekan ini untuk menghadiri konferensi "Mendukung Suriah dan Kawasan" yang bertujuan untuk mengumpulkan dana bagi krisis kemanusiaan yang disebabkan oleh perang saudara di Suriah.
Menurut laporan yang dirilis oleh Malala Fund, organisasi yang mengkampanyekan dan menggalang dana untuk pendidikan, sekitar 700 ribu anak Suriah yang tinggal di berbagai kamp pengungsi di Yordania, Libanon, dan negara-negara Timur Tengah lain tidak dapat bersekolah.

"Saya telah bertemu dengan begitu banyak anak pengungsi Suriah, mereka ada di pikiran saya. Saya tidak bisa melupakan mereka. Saya terkejut dan tak bisa menerima bahwa mereka tidak akan dapat bersekolah," kata Malala ketika dihubungi Reuters, Minggu (31/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita masih dapat membantu mereka, kita masih bisa melindungi mereka. Mereka belum kalah. Mereka membutuhkan sekolah. Mereka butuh buku. Mereka butuh guru. Ini adalah cara kita untuk melindungi masa depan Suriah," ujar Malala.
Nama Malala mulai dikenal dunia sejak dia menjadi korban penembakan ketika kelompok Taliban menyerang bus sekolah penuh siswa pada 2012. Sejak dianugerahi Nobel pada 2014 lalu, remaja yang menjadi aktivis pendidikan asal Pakistan ini terus berkampanye soal pendidikan anak. Malala, yang kini berusia 18 tahun, tinggal di Inggris dan kerap berkomentar soal pendidikan untuk anak-anak pengungsi Suriah.

"Saya berharap dapat mendorong dan menginspirasi para pemimpin dunia untuk mengambil tindakan. Saya tidak akan menunggu. Kita tidak bisa menunggu. Ini harus terjadi," katanya.

Dalam konferensi yang digelar di London, Malala akan hadir bersama Muzoon Almellehan, 17, pengungsi Suriah muda yang mencoba memaparkan permasalahan ini di hadapan para pemimpin dunia.

"Tanpa pendidikan kita tidak bisa melakukan apa-apa," kata Muzoon.

Muzoon memaparkan dia bekerja keras untuk belajar bahasa Inggris sehingga dia bisa menyelesaikan sekolahnya di Inggris dan mengenyam pendidikan hingga bangku universitas. Muzoon juga ingin mendedikasikan dirinya dengan Malala, yang sama-sama berjuang untuk pendidikan anak-anak pengungsi Suriah.
Muzoon dan Malala pertama kali bertemu pada 2014 di kamp pengungsi Zaatari di gurun Yordania, dan kemudian bertemu kembali pada Desember tahun lalu ketika Muzoon dipindahkan di Inggris utara.

"Dia adalah salah satu orang yang menurut saya patut didengar. Kisahnya begitu kuat, begitu inspiratif. Dia akan memberitahu para pemimpin dunia bahwa anak-anak ini memiliki hak atas pendidikan dan mereka tidak akan mengabaikan itu," kata Malala.

Konferensi di London digelar oleh PBB, pemerintah Inggris, Jerman, Norwegia dan Kuwait. Konferensi ini tidak hanya membahas soal pendidikan, tetapi juga berbagai kebutuhan kemanusiaan di Suriah.

Sejumlah lembaga PBB berupaya untuk menggalang dana hingga US$7,7 miliar (Rp105 triliun) untuk mengatasi kebutuhan di Suriah tahun ini. Mereka juga berharap menggalang dana tambahan hingga US$1,2 miliar (Rp16,3 triliun) dari masing masing pemerintah daerah untuk menjalankan rencana masing-masing dalam menangani konflik Suriah. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER