Jakarta, CNN Indonesia -- Sebanyak 22 anggota kartel Sinaloa ditangkap, sementara dua lainnya tewas dalam penggerebekan polisi di salah satu markas kartel tersebut dekat perbatasan Amerika Serikat-Meksiko. Dalam penggerebekan, pihak berwenang juga berhasil menyita sejumlah senjata.
Dua anggota kartel itu tewas pada Jumat (29/1) setelah mereka menembaki polisi federal Meksiko yang mengepung sebuah bangunan yang terletak di gurun kecil di luar kota kecil di Meksiko. Menurut pernyataan dari polisi federal Meksiko, wilayah itu diduga menjadi tempat operasi penyelundupan narkoba dan imigran.
Petugas Imigrasi dan Penegakan Bea Cukai AS mengungkapkan penggerebekan rahasia yang dilakukan oleh pihak berwenang AS dan Meksiko harus menghadapi pertempuran sengit dari para anggota kartel. Penggerebekan ini terjadi hanya beberapa pekan setelah penangkapan pemimpin kartel Sinaloa, Joaquin "El Chapo" Guzman.
"Karena sifatnya sensitif, operasi ini dilakukan dengan kerahasiaan maksimal untuk menjamin keamanan aparat penegak hukum Meksiko yang menjalankan operasi ini," bunyi pernyataan dari juru bicara Imigrasi dan Penegakan Bea Cukai (ICE), Gillian Christensen pada Sabtu (30/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pernyataan tersebut tidak mengungkapkan nama anggota kartel Sinaloa yang ditahan. Namun, dalam pernyataan itu disebutkan bahwa operasi yang disebut "Mexican Operation Diablo Express" menargetkan sejumlah petinggi dari kartel tersebut.
Sementara, pernyataan dari kepolisian Meksiko bahkan tidak menyebutkan nama kartel Sinaloa atau penahanan pejabat kartel itu. Polisi federal Meksiko hanya menyatakan mereka menyita 250 kilogram ganja dan 18 senjata, termasuk 15 senapan serbu.
Juru bicara polisi federal yang tak mau disebutkan namanya menegaskan bahwa lebih dari 20 orang yang ditangkap merupakan anggota kartel Sinaloa.
Beroperasi di sekitar Sonoyta, sebuah kota di sepanjang perbatasan Meksiko dengan negara bagian Arizona, AS, kartel Sinaloa telah menyelundupkan jutaan obat-obatan terlarang, jutaan dolar AS dan senjata antara kedua negara.
Kartel Sinaloa dikenal kerap kali membayar atau memaksa para imigran untuk menyelundupkan sejumlah kecil narkoba melewati perbatasan. Kartel ini juga kerap menggunakan terowongan bawah tanah dan pengiriman kargo untuk menyelundupkan narkoba dengan jumlah yang lebih besar ke Amerika Serikat.
Operasi gabungan ini merupakan bukti lebih lanjut dari hubungan yang lebih kooperatif antara Amerika Serikat dan Meksiko dalam menindak kartel yang bertanggung jawab atas perdagangan narkoba bernilai miliaran dolar setiap tahun.
Pihak berwenang Meksiko mendapat bantuan dari Washington untuk menangkap kembali Guzman pada awal Januari lalu, yang sebelumnya buron selama enam bulan setelah berhasil kabur dari penjara dengan keamanan tingkat tinggi.
Operasi ini berlangsung beberapa hari sebelum kausus calon presiden AS dari Partai Republik maupun Demokrat. Salah satu kandidat calon presiden dari Republik, Donald Trump menyerukan pembangunan tembok di sepanjang perbatasan AS dengan Meksiko.
(ama/stu)