Jakarta, CNN Indonesia -- Dengan letak strategis di tengah jalan paling sibuk, Kota Sirte di Libya merupakan pilihan favorit para pebisnis lokal untuk memajang papan iklan. Namun kini, tak ada lagi kendaraan pribadi yang berani melewati jalan itu.
Kota asal Muammar Gaddafi itu kini sudah direbut oleh ISIS dan dijadikan "khilafah" barunya. Papan-papan iklan di sepanjang ruas jalan di Kota Sirte kini digunakan ISIS untuk menyalib orang-orang yang mereka tuduh sebagai mata-mata.
Jasad para "tersangka" tersebut digantung sebagai grafis peringatan bagi orang lain. Peringatan kian keras hingga bahkan keluarga korban dilarang menguburkan tubuh kerabatnya sendiri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti dilansir
The Telegraph, penyaliban ini hanya satu dari rangkaian hukuman keji yang diberlakukan ISIS sejak merebut Sirte tahun lalu.
Sejak saat itu, ISIS semakin kuat. Kekejaman ISIS berhasil memukul mundur pasukan keamanan dari kota tetangga, Misrata, setelah serangkaian pertempuran sengit musim panas lalu.
Kini, negara-negara Barat sedang bersiap membantu pemerintah Libya untuk merebut kembali Sirte. Para pasukan dari Misrata mulai menyamar dan pergi ke Sirte untuk menghimpun data intelijen.
Mereka membantu menggambarkan kondisi lapangan yang tak dapat dipantau melalui satelit mata-mata dan drone. Seorang penyamar menuturkan bahwa saat menjalankan misi ini, risiko tertangkap sangat besar.
"Tiga anggota kami sudah ditangkap dan dibunuh dan dua lagi menghilang. Kami tidak tahu apa yang terjadi pada mereka," ujar Osama (bukan nama sebenarnya) kepada
The Telegraph.
Dua belas jam setelah wawancara tersebut, Osama akhirnya mengetahui keberadaan rekannya yang menghilang. Seorang informan mengatakan bahwa salah satu orang yang hilang, Milad Aburgeeba, sudah menjadi korban dan akan disalib dalam waktu dekat.
"Mereka sudah menangkap dan akan menyalibnya," kata penelepon tersebut saat itu.
Berbeda dengan persepsi populer, "penyaliban" yang dilakukan ISIS bukan berarti memaku tangan dan kaki di kayu salib dan membiarkan orang itu meninggal perlahan. Namun, korban biasanya sudah dibunuh terlebih dahulu, kemudian diikat di tiang selama beberapa hari.
Aburgeeba sendiri kemudian digantung di bekas papan reklame selama dua hari. Tangan dan kakinya diikat dengan tali plastik.
Layaknya tahanan di Guantanamo, ia dipakaikan baju berwarna oranye. Di tubuhnya tertempel tulisan, "Mata-mata."
Jika melihat foto saat Aburgeeba digantung, wajahnya hancur seperti bekas disiksa.
Sementara itu, ISIS terus membangun kekuatannya di Sirte. Menurut data intelijen, kini ISIS memiliki hampir 3.000 militan, termasuk beberapa tokoh pemimpin dari Irak dan Suriah, serta tentara dari Sub-Sahara Afrika.
Inggris dan Amerika Serikat mendesak pemerintah Libya untuk menerima bantuan militer Barat demi melawan ancaman ISIS yang terus meningkat.
Inggris dan AS sudah menawarkan Tripoli paket yang dapat mencakup 1.000 tentara Inggris dan 5.000 tentara Italia untuk melatih pasukan Libya.
Namun hingga kini, pemerintah Libya sedang mempelajari dampak politik dari kehadiran Barat di medan perang. Meskipun berhasil mengatasi kerusuhan saat menggulingkan Gaddafi, aparat keamanan Libya dikhawatirkan tak cukup mumpuni untuk melawan ISIS.
Pasukan khusus Inggris dan AS pun diyakini sedang berada di Sirte untuk mengumpulkan data intelijen mengenai situasi di sana.
Sementara itu, ISIS sudah merilis setidaknya dua video yang menunjukkan mata-mata digantung karena mengumpulkan informasi mengenai posisi militer mereka.
"Itu merupakan cara biadab. Inilah harga yang dibayar pejuang kami dalam mengumpulkan data intelijen untuk melawan ISIS," kata Osama.
(stu/stu)