China Sebut Hubungan dengan Taiwan Kompleks dan Sensitif

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Sabtu, 06 Feb 2016 04:16 WIB
Hubungan China dan Taiwan ke depan dinilai tidak pasti utamanya setelah pemimpin oposisi memenangi pemilu dan terpilih sebagai presiden Taiwan selanjutnya.
Hubungan China dan Taiwan ke depan dinilai tidak pasti utamanya setelah pemimpin oposisi memenangi pemilu dan terpilih sebagai presiden Taiwan selanjutnya. (Reuters/Pichi Chuang)
Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang pejabat senior China menjelaskan hubungan dengan Taiwan "sangat sensitif dan kompleks", sembari memperingatkan ketidakpastian hubungan keduanya ke depan, utamanya setelah pemimpin oposisi memenangi pemilu dan terpilih sebagai presiden Taiwan selanjutnya.

China menilai Taiwan, provinsi yang memiliki pemerintahan sendiri, kerap berupaya untuk lepas dari kedaulatan China, sehingga China tak segan menerapkan kekerasan, jika diperlukan, untuk mengendalikan Taiwan. Sejarah mencatat pasukan Nasionalis yang kalah melarikan diri ke Taiwan pada 1949, sepetal perang sipil China.
Sejak kemenangan telak Tsai Ing-wen dan Partai Progresif Demokratik yang dipimpinnya pada pemilihan presiden dan parlemen Taiwan Januari lalu, China memperingatkan Taiwan untuk tidak berupaya memerdekakan diri. China menegaskan akan mempertahankan kedaulatan negara.

Tsai menyatakan akan menjaga perdamaian dengan China dan berjanji mempertahankan "status quo" dengan China.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Direktur Kantor Urusan Taiwan China, Zhang Zhijun, menyatakan kepada Kepala Dewan Urusan Taiwan untuk [China] Daratan, Andrew Hsia, bahwa perkembangan damai hubungan China-Taiwan selama delapan tahun terakhir hanya bisa dipertahankan dengan mengakui kedua belah pihak termasuk dalam China yang satu. =
"Saat ini, hubungan lintas Selat Taiwan sangat sensitif dan kompleks, dan keraguan soal masa depan meningkat," kata Zhang Hsia, dikutip dari kantor berita China, Xinhua.

Zhang menilai bahwa baik China maupun Taiwan harus meningkatkan komunikasi dan manajemen risiko serta berbuat lebih banyak untuk menguntungkan warga di kedua sisi selat.

Dewan Urusan Taiwan untuk Daratan, dalam sebuah pernyataan, menyebut bahwa Hsia mengatakan kepada Zhang perkembangan hubungan damai merupakan "faktor umum" bagi semua pihak di Taiwan.
Dalam pernyataan itu, Hsia mengatakan bahwa lebih banyak interaksi baik untuk meningkatkan rasa saling percaya dan pengertian, dan keduanya perlu memikirkan cara untuk mengurangi risiko konfrontasi.

Delapan tahun terakhir, hubungan China dan Taiwan dinilai tenang setelah Ma Ying-jeou terpilih sebagai presiden pada tahun 2008. Ma menandatangani serangkaian kesepakatan ekonomi utama dengan Beijing dan mengadakan pertemuan penting dengan Presiden China, Xi Jinping pada November lalu di Singapura, negara yang bersikap netral kepada keduanya.

Taiwan merupakan salah satu isu politik China yang paling sensitif, dan menjadi salah satu hal yang dikhawatirkan Partai Komunis, melebihi isu sengketa wilayah dengan sejumlah negara di Laut China Selatan. (ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER