Jakarta, CNN Indonesia -- Sayap militan Al-Qaidah di Maghreb Islam (AQIM) melalui pesan audio mengaku bertanggung jawab atas penculikan dua warga Australia di dekat perbatasan Burkina Faso dengan Mali pada pertengahan Januari lalu.
Rekaman audio tersebut dirilis oleh al-Mourabitoun, cabang dari AQIM, di saluran Telegram resmi kelompok militan itu. Dalam rekaman ini, militan itu memutuskan untuk membebaskan salah satu sandera, seorang wanita, tanpa syarat.
"Motif utama di balik penculikan mereka adalah upaya untuk pembebasan anggota kita yang mendekam di balik jeruji besi dan menderita rasanya dipenjara, serta dirampas hak-hak dasarnya," bunyi rekaman tersebut, dikutip dari
Reuters.
Identitas sandera diketahui adalah Dr Ken Elliott dan istrinya, Jocelyn, yang berusia sekitar 80-an tahun. Menurut Presiden Burkinabe, Roch Marc Christian Kabore kepada
CNN, keduanya menjalankan klinik berkapasitas 120 tempat tidur di kota Djibo selama lebih dari 40 tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedua diculik dari kota itu ketika militan afiliasi al-Qaidah itu menyerbu sebuah restoran dan hotel di Ouagadougou, ibu kota Burkina Faso. Serangan itu menyebabkan 29 orang tewas, sebagian besar merupakan warga negara asing.
Dalam rekaman itu, AQIM menyatakan telah melepaskan sandera wanita di bawah tekanan publik dan sesuai bimbingan dari pemimpin al-Qaidah bahwa kelompok itu tidak melibatkan perempuan dalam perang.
Sementara, pemerintah Australia mengaku menyadari adanya rekaman tersebut dan terus melakukan kontak dengan keluarga Elliott.
"Keamanan dan kesejahteraan Tuan dan Nyonya Elliott adalah perhatian utama kami," kata Kementerian Luar Negeri Australia dalam sebuah pernyataan.
"[Pihak] keluarga meminta privasi dan pemerintah tidak akan memberikan komentar lebih lanjut saat ini," lanjut bunyi pernyataan Kemenlu Australia.
Kelompok Al-Mourabitoun, yang terkait dengan AQIM, juga mengklaim bertanggung jawab atas serangan pada November lalu di Radisson Blu Hotel di Mali, yang menewaskan 22 orang.
(ama)