Penggusuran Kaki Lima Berujung Bentrok dan Demo di Hong Kong

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Selasa, 09 Feb 2016 09:48 WIB
Kerusuhan dan bentrok antara polisi dan warga pada Selasa (9/2) pagi ini merupakan bentrokan terburuk sejak protes pro-demokrasi pada 2014 lalu.
Polisi terlihat mengacungkan senjata ke udara saat berusha membubarkan demonstran di daerah Mong Kok, Hong Kong, pada Selasa (9/2). (Reuters/Cable TV via Reuters)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepolisian anti-huru-hara Hong Kong menggunakan tongkat dan semprotan merica untuk membubarkan bentrokan setelah aparat mencoba memindahkan pedagang kaki lima ilegal dari jalan di distrik kaum pekerja, Mong Kok.

Seperti diberitakan Reuters, kerusuhan yang terjadi pada Selasa (9/2) pagi ini merupakan bentrokan terburuk sejak protes pro-demokrasi pada 2014 lalu, salah satu aksi perubahan politik terbesar di Beijing selama beberapa dekade.

Para pengunjuk rasa melemparkan batu ke arah polisi ketika baku hantam terjadi, sementara demonstran lainnya membakar tempat-tempat sampah di ruas-ruas jalan di Mong Kok, daerah yang terletak tepat di seberang pelabuhan dekat jantung finansial Asia.
Di tengah kericuhan tersebut, polisi kemudian melepaskan dua tembakan peringatan ke udara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Untuk memastikan keamanan dan kenyamanan publik, polisi mengambil aksi resolusi, termasuk menggunakan tongkat dan semprotan merica untuk menghentikan kekerasan melanggar hukum tersebut," demikian pernyataan resmi kepolisian Hong Kong.

Pasca kerusuhan ini, tempat sampah, puing baru, dan botol-botol bekas terlihat berserakan di sepanjang jalan Nathan Road. Stasiun kereta api di Mong Kok ditutup sementara.

Sementara itu, tiga polisi dilarikan ke rumah sakit untuk menjalani perawatan. Petugas kepolisian mengatakan kepada Reuters bahwa mereka sedang menunggu arahan untuk rencana keamanan pada Selasa malam.

Seorang penjaga keamanan, Paul Lee, mengatakan, "Ini bukan pertama kali ada kekerasan di Mong Kok. Saya sangat kecewa dengan pemerintah."
Polisi melaporkan bahwa tiga pria berusia antara 27-35 tahun sudah ditahan karena menyerang atau menghalangi aparat. Namun, lembaga penyiarakn RTHK kemudian melaporkan bahwa ada 24 orang yang ditahan.

Harian South China Morning Post memberitakan bahwa kerusuhan tersebut juga melibatkan oknum dari Hong Kong Indigenous, organisasi warga pribumi yang turut mencalonkan diri dalam pemilihan umum Dewan Legislatif beberapa pekan mendatang. (den)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER