Jakarta, CNN Indonesia -- Saat gempa bumi mengguncang wilayah selatan Taiwan Sabtu akhir pekan lalu, kebanyakan warga kota Tainan tengah tertidur pulas. Chang Chun-jung, salah satunya, mengira riwayatnya akan tamat saat apartemen yang dia tinggali ambruk.
Pria 28 tahun itu berada di lantai 10 dari 17 lantai apartemen Wei-Guan Dragon Building di Tainan ketika bangunan itu ambrol. Dia bahkan tidak sempat memanggil ibunya, yang tidur di kamar yang sama.
"Saya membuka mata, ada beberapa kali getaran dan semuanya runtuh," kata Chun-jung dari ranjang rumah sakit, dikutip
Reuters, Selasa (9/2).
Saat getaran berhenti, dia memeriksa apakah ibunya masih hidup dengan menjamah di kegelapan. Beruntung dia dan ibunya tidak tertimpa bangunan, namun mereka tidak bisa keluar karena terjebak reruntuhan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia lantas berteriak meminta tolong.
Kakaknya, Chun-po. 29, yang tidur di kamar lainnya awalnya tidak tahu siapa yang berteriak minta tolong. "Siapa kamu?" teriak Chun-po sebelum mengetahui bahwa itu adalah adiknya.
Chun-po cukup beruntung, di atas kepalanya reruntuhan tidak terlalu tebal. Dia mulai menggali ke atas dengan tangannya. Setelah tiga jam, dia berhasil keluar dari reruntuhan pukul 6.30 pagi.
Chun-po mengambil sebuah tiang dan mengibaskannya, menarik perhatian tim penyelamat yang langsung membawa tangga untuk menurunkannya.
Adiknya Chun-jung memang berada di ruang kosong yang cukup oksigen, namun ibunya terjepit di antara puing yang sempit dengan udara terbatas.
"Saya meminta ibu saya menghemat nafas agar sirkulasi udara terjaga. Ibu saya punya masalah pernafasan," kata Chun-jung.
Beruntung, kaki Chun-jung dan ibunya menjulur keluar reruntuhan sehingga bisa terlihat tim penyelamat yang langsung mengeluarkan mereka.
Seorang wanita di bangunan itu berhasil dikeluarkan dengan selamat dari reruntuhan setelah terjebak selama 40 jam.
Wanita bernama Tsao itu kehilangan suami dan putranya yang berusia tiga tahun dalam insiden tersebut. Lima kerabatnya yang lain juga termasuk dalam lebih dari 100 orang yang masih hilang.
Wanita lainnya bernama Chien terhimpit di antara reruntuhan bersama dengan suami dan putri mereka yang berusia tiga tahun di lantai enam apartemen itu. Ketiganya berhasil diselamatkan setelah tiga jam usai gempa.
"Saya terjebak di kamar dalam bangunan yang runtuh akibat gempa. Bau gas sangat santer tercium di udara, saya khawatir terbunuh oleh ledakan atau tertimpa bangunan," kata Chien.
Chien sebelumnya selamat dari gempa besar tahun 1999 di Taiwan yang menewaskan lebih dari 2.000 orang.
"Saya pindah ke Tainan setelah menikah dan sekarang mengalami lagi gempa besar," ujar Chien.
Seorang wanita kepada
CNN mengatakan bahwa dia sekeluarga selamat karena reruntuhan bangunan tertahan oleh ranjang bayi dan pintu toilet. Mereka dikeluarkan setelah tim penyelamat membuat lubang di antara puing.
"Saya sangat ketakutan," kata wanita yang mengalami luka di kaki itu.
Apartemen Wei-guan menjadi fokus penyelamatan saat ini karena merupakan satu-satunya gedung tinggi di Taiwan yang ambruk. Pemerintah Taiwan memerintahkan penyelidikan terhadap gedung tersebut, mencari kemungkinan adanya pelanggaran konstruksi keamanan bangunan.
Seorang wanita bernama Hsu Bi-chi mengaku curiga ada kerusakan dalam struktur bangunan tersebut.
"Ruang bawah tanah selalu banjir ketika hujan lebat," kata Hsu.
Sejauh ini tercatat 38 orang tewas dan lebih dari 500 orang terluka dalam bencana itu.
(stu)