Obama Desak Rusia Berhenti Bombardir Pemberontak Suriah

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Senin, 15 Feb 2016 13:42 WIB
Presiden Amerika Serikat Barack Obama mendesak Rusia untuk menghentikan pengeboman terhadap pemberontak di Suriah yang moderat.
Serangan bom Rusia di Suriah selama ini dinilai oleh Barat menargetkan sejumlah kelompok pemberontak untuk mendukung tentara pemerintahan Suriah. (Reuters/Ministry of Defence of the Russian Federation)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Amerika Serikat Barack Obama mendesak Rusia menghentikan pengeboman terhadap pemberontak moderat di Suriah demi mendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad. Negara-negara Barat menilai dukungan Rusia itu menjadi hambatan terbesar dalam upaya mengakhiri perang saudara yang telah memasuki tahun kelima di Suriah.

Sejumlah negara-negara besar dunia yang berpartisipasi dalam dialog soal Suriah pada Jumat (12/2) di Munich, Jerman, sepakat menghentikan kekerasan dan menyalurkan bantuan kemanusiaan ke daerah-daerah yang paling membutuhkan di Suriah.

Namun, kesepakatan itu tidak akan berlaku hingga akhir pekan ini dan belum ditandatangani oleh sejumlah pihak yang bertikai, yakni pemerintahan Assad dan sejumlah faksi pemberontak.
Kremlin mengumumkan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin berkomunikasi dengan Obama melalui telepon dan sepakat untuk meningkatkan kerja sama untuk melaksanakan perjanjian Munich. Meski demikian, Kremlin menegaskan Rusia berkomitmen untuk melawan ISIS dan "organisasi teroris lainnya," mengindikasikan Rusia juga akan menyerang berbagai faksi pemberontak yang dianggap moderat oleh Barat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rusia menyatakan "penghentian" kekerasan yang disepakati di Munich tidak berlaku untuk serangan udara yang diluncurkannya untuk mendukung Assad.

Serangan bom Rusia di Suriah selama ini dinilai oleh Barat menargetkan sejumlah kelompok pemberontak demi menyokong rezim Assad. Meski demikian Rusia tetap mengklaim serangannya ditujukan untuk memberangus kelompok militan ISIS dan Front al-Nusra yang berafiliasi dengan al-Qaidah.
Gedung Putih menyatakan bahwa diskusi Obama dengan Putin mengindikasikan perlunya pengiriman bantuan kemanusiaan dengan segera ke Suriah.

"Secara khusus, Presiden Obama menekankan pentingnya Rusia memainkan peran konstruktif dengan menghentikan kampanye serangan udara terhadap pasukan oposisi moderat di Suriah," bunyi pernyataan Gedung Putih yang dirilis Minggu (14/2).

Para petugas bantuan kemanusian menyatakan pengiriman bantuan terancam oleh aksi kekerasan yang terus berlangsung. "Kita harus bertanya lagi, mengapa menunggu seminggu untuk menghentikan kekerasan yang sangat dibutuhkan ini?" kata Dalia al-Awqati, direktur program Mercy Corps untuk Suriah Utara.

Perjanjian Munich juga menuai reaksi skeptis dari sejumlah politisi negara Barat. Senator AS, John McCain menilai kesepakatan itu bukan sebuah terobosan.
"Mari kita perjelas tentang perjanjian ini. [Perjanjian] ini memungkinkan serangan Rusia di Aleppo terus berlanjut untuk seminggu ke depan," katanya dalam konferensi keamanan di Munich.

"Putin tidak tertarik menjadi mitra kami. Dia ingin menopang rezim Assad," lanjut McCain.

Norbert Roettgen, kepala komite urusan luar negeri di parlemen Jerman dan pejabat senior yang merupakan sekutu Kanselir Jerman Angela Merkel menilai Rusia mendapat posisi yang lebih kuat di Suriah berkat serangan udara.

Roettgen menilai Rusia berupaya menggalang dukungan di Suriah untuk memperkuat posisinya.

Sementara Arab Saudi, sebagai salah satu sekutu AS, menyatakan siap untuk menerjukan pasukan darat di Suriah, tetapi masih menunggu keputusan dari koalisi internasional yang dipimpin AS.

Namun Perdana Menteri Rusia, Dmitry Medvedev memperingatkan bahwa operasi darat di Suriah akan berujung kepada "perang panjang yang menyeluruh." (ama/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER