Hanya Tiga dari 58 Pelaku Pelecehan di Cologne adalah Imigran

Denny Armandhanu | CNN Indonesia
Selasa, 16 Feb 2016 04:34 WIB
Pelecehan seksual massal pada Malam Tahun Baru di Kota Cologne mencoreng citra pengungsi Suriah dan Irak setelah mereka dituduh terlibat dalam peristiwa itu.
Pelecehan seksual massal pada Malam Tahun Baru di Kota Cologne mencoreng citra pengungsi Suriah dan Irak setelah mereka dituduh terlibat dalam peristiwa itu. (Reuters/Wolfgang Rattay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kasus pelecehan seksual massal pada Malam Tahun Baru di Kota Cologne, Jerman, mencoreng citra pengungsi Suriah dan Irak setelah mereka dituduh terlibat dalam peristiwa itu. Padahal laporan terbaru menunjukkan hanya tiga dari 58 terduga pelaku yang ditangkap adalah imigran Suriah dan Irak.

Hal ini disampaikan oleh jaksa penuntut umum Cologne Ulrich Bremer seperti dikutip The Independent, Senin (15/2), yang mengatakan bahwa ketiga orang tersebut terdiri dari dua warga Suriah dan seorang warga Irak. Mereka tergabung dalam imigran yang baru datang ke Jerman.
Sebelumnya kasus ini menuai kemarahan masyarakat Jerman menyusul rumor bahwa peristiwa pelecehan massal itu dilakukan oleh imigran Timur Tengah. Ada lebih dari 1.000 laporan pencurian, pelecehan seksual dan perkosaan terhadap wanita di stasiun kereta Cologne.

Rumor ini memicu demonstrasi besar di Jerman, mendesak Kanselir Angela Merkel menutup pintu bagi para imigran. Jerman adalah negara yang menampung pengungsi terbanyak di Eropa. Tahun lalu ada sekitar satu juta pengungsi masuk ke Jerman.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bremer menegaskan tuduhan terhadap imigran dalam kasus pelecehan seksual di Cologne itu tidak tepat karena kebanyakan pelaku bukanlah imigran.
Bremer menjelaskan bahwa para terduga pelaku adalah keturunan Aljazair, Tunisia dan Maroko serta beberapa warga Jerman sendiri. Kepada koran Jerman Die Welt dia juga juga mengatakan bahwa 600 dari 1.054 aduan adalah pencurian, bukan yang terkait dengan kejahatan seksual.

Belum ada satupun dari para terduga pelaku yang didakwa, terutama karena minimnya bukti. Rekaman CCTV berdurasi 600 jam tidak menunjukkan bukti penguat keterlibatan para imigran.

Hal ini dikuatkan oleh pernyataan Kepala Polisi Cologne Jurgen Mathies yang mengatakan teknik menggiring wanita dan memisahkan mereka dari rombongan tidak datang dari negara-negara para imigran yang menurutnya "tidak akrab dengan perilaku seperti itu."
Pengamat Timur Tengah Nabila Ramdani dalam tulisannya di The Independent mengatakan bahwa kasus pelecehan seksual menjadi cara untuk mendiskreditkan para imigran Muslim dan menyebar ketakutan terhadap mereka di Eropa, selain ekstremis, bahkan tanpa perlu bukti hukum, hanya rumor di media sosial.

Tuduhan perkosaan, kata Ramdani, adalah cara yang digunakan sejak bertahun lampau, salah satunya dilakukan oleh tentara Nazi terhadap warga Yahudi di Cologne. Sebanyak 11 ribu Yahudi Cologne dibantai dalam kepemimpinan Nazi saat itu. Cara seperti ini kini digunakan oleh kelompok sayap kanan Neo-Nazi, Pegida, yang anti-Islam. (den)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER