Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan Presiden Amerika Serikat, George W. Bush, kembali ke panggung kampanye. Kali ini, ia membantu sang adik, Jeb Bush, yang sedang bertarung untuk menjadi calon presiden dari Partai Republik dalam kampanye di South Carolina, AS, pada Senin (15/2).
Dalam kampanye tersebut, George menyindir gaya retorika kandidat calon presiden rival adiknya dari Partai Republik, Donald Trump, meskipun tak secara langsung. Selama ini, Trump sering kali mengolok Jeb dalam kampanyenya.
"Ini memang masa-masa sulit dan saya tahu warga Amerika marah, tapi kami tidak butuh seseorang di Oval Office (kantor Presiden AS) yang mencerminkan amarah dan frustrasi kami," ujar George seperti dikutip
Reuters.
Presiden AS ke-43 itu juga mengatakan bahwa kekuatan seseorang dalam memimpin bukan hanya dilihat dari omongan, tapi juga tindakan, bagaimana menghadapi masalah dan bertahan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kekuatan bukan retorika kosong. Ini bukan hanya masalah menggertak. Bukan aksi teater. Kekuatan sesungguhnya datang dari integritas dan karakter. Dalam pengalaman saya, orang terkuat tak selalu orang yang paling lantang di satu ruangan," ucap George.
Kehadiran George dalam kampanye tersebut dianggap dapat sangat membantu adiknya. South Carolina memang merupakan basis Partai Republik pendukung keluarga Bush.
"Saya seorang Bush, bangga atasnya. Saya menyayangi saudara saya. Saya menyayangi ayah saya, ibu saya. Itu adalah bagian dari diri saya," ujar Jeb pekan lalu, dikutip dari CNN. "Ia adalah [anggota partai] Republik terakhir yang menang, ia adalah [anggota partai] Republik yang palin populer."
Ayah Jeb dan George, George H. W. Bush, adalah presiden AS ke-41, memerintah sebelum era Bill Clinton.
Namun, kehadiran George juga disinyalir dapat menjadi batu sandungan bagi Jeb. Pasalnya, saat menjabat sebagai Presiden AS pada 2003, George mengambil keputusan yang dikritik banyak pihak, yaitu melancarkan serangan ke Irak.
Sejak lengser, George sangat jarang terlihat di panggung politik. Namun ternyata, pendukungnya masih merespons pidato George dengan baik.
Selama dua puluh menit berbicara, semua orang berteriak mendukung. Massa tersebut dianggap yang paling banyak sepanjang masa kampanye bagi Jeb.
Kendati demikian, belum diketahui apakah kehadiran George ini akan berpengaruh terhadap hasil pemungutan suara di South Carolina pada Sabtu (20/2) mendatang.
Dalam satu jajak pendapat di South Carolina, Jeb masih menempati urutan keempat di bawah Trump, Ted Cruz, dan Marco Rubio.
Sebelumnya di hari yang sama pada konferensi pers di Charleston, Trump masih melontarkan kampanye cemoohan terhadap Bush bersaudara. Ia mengatakan bahwa George adalah orang yang bertanggung jawab atas tragedi 11 September.
"Maaf, World Trade Center jatuh pada masa George Bush, bukan? Gedung itu rubuh. Itu adalah serangan terbesar dalam sejarah Amerika Serikat, lebih parah dari Pearl Habor. Kami merasa tidak aman," ucap Trump.
Tak hanya Bush, Trump juga mempertahankan diri dari Cruz. Ia menuding bahwa Cruz melakukan politik kotor karena melakukan kampanye buruk mengenai sang pebisnis.
Trump juga mengaku ragu Cruz dapat menjadi presiden AS secara legal. Pasalnya, Cruz lahir di Kanada. Menurut konstitusi AS, presiden perserikatan tersebut harus lahir di AS.
"Salah satu cara melawannya adalah dengan menuntutnya," kata Trump.
(stu)