Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Perdana Menteri Rusia, Dmitry Rogozin mengumumkan siap menjual pesawat sipil dan akan tetap memberikan bantuan militer kepada Irak untuk membantu melawan kelompok militan ISIS.
Rencana tersebut disampaikan Rogozin dalam kunjungannya ke Baghdad pada Kamis (12/2) yang didampingi oleh delegasi Rusia terbesar dalam beberapa tahun ke Irak. Hampir 100 pejabat pemerintah dan pelaku usaha Rusia berkunjung ke Irak dalam rangka memperkuat hubungan komersial dan keamanan kedua negara.
Menteri Luar Negeri Irak, Ibrahim al-Jaafari mengatakan pembicaraan kedua negara berkisar seputar pemberian bantuan militer dari Rusia untuk merebut sepertiga wilaya Irak yang dikuasai oleh kelompok militan ISIS.
"Kami membutuhkan dukungan internasional dari berbagai sumber, baik itu dari dalam koalisi internasional atau di luar itu," katanya, mengacu pada koalisi serangan udara pimpinan Amerika Serikat yang membombardir markas ISIS di Irak dan Suriah sejak 2014 dan memberikan pelatihan untuk militer Irak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami membutuhkan dukungan, pelatihan dan berbagi informasi intelijen. Intelijen memainkan peran penting dalam perang melawan Daesh, dan kami sudah koordinasi untuk sementara waktu dengan pihak Rusia memberikan informasi ini kepada Irak," kata Jaafari. Daesh merupakan nama lain dari ISIS.
Rusia telah menginvestasikan jutaan dolar di sektor energi di Irak dan tahun lalu membuka sebuah pusat komando di Baghdad di bawah perjanjian berbagai informasi intelijen dengan Irak, Iran dan Suriah untuk memerangi ISIS.
Rogozin menyatakan dia telah bertemu dengan utusan Rusia untuk pusat komando di Irak, yang diduga akan menjadi jenderal bintang satu.
Rogozin juga menegaskan Moskow akan terus menyediakan Irak dengan peralatan militer untuk membantu "meningkatkan kesiapan tempur angkatan bersenjata Irak." Namun, Rogozin tidak merinci peralatan apa saja yanga akan diberikan Rusia kepada Irak.
Kantor berita Rusia TASS melaporkan bahwa Rogozin berharap bantuan militer akan membantu Irak merebut kembali kota Mosul dan wilayah lain yang jatuh ke tangan ISIS.
Sejumlah pejabat Irak yang tidak dipublikasikan namanya menyatakan frustrasi dengan tingkat kecepatan dan kedalaman serangan udara koalisi pimpinan AS. Pusat komando Rusia di Irak juga dilaporkan kerap berbagi informasi intelijen untuk serangan udara di Irak dan Suriah.
Para pejabat kedua negara menandatangani nota kesepahaman untuk mempererat perdagangan bilateral dan meningkatkan produksi listrik ke Irak, yang hanya dapat memenuhi sekitar 60 persen kebutuhan listrik puncak selama musim panas.
Nilai perdagangan kedua negara tahun lalu mencapai hampir US$2 miliar, sebagian besar terdiri dari ekspor dari Rusia, menurut laporan TASS. Rogozin menyatakan Rusia bisa menyediakan pesawat Sukhoi Superjet untuk penerbangan sipil Irak.
Rogozin juga mengusulkan pertemuan bilateral kedua negara berikutnya diselenggarakan di Mosul, kota yang ingin direbut Irak dari cengkraman ISIS.
"Kerja sama ekonomi harus sejalan dengan asalah keamanan. Semakin cepat Anda membebaskan kota ini, semakin cepat kita bisa kembali ke Irak," ujar Rogozin.
(ama/den)