China Kirim Jet Tempur di Laut China Selatan

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Rabu, 24 Feb 2016 10:30 WIB
China diduga mengirimkan beberapa jet tempur ke sebuah pulau yang disengketakan di kawasan Laut China Selatan.
Intel AS mengungkapkan terdapat sejumlah jet tempur China berjenis Shenyang J-11, atau yang disebut juga dengan Flanker di Pulau Woody, kawasan Laut China Selatan. (U.S. Navy/Wikimedia CC-PD-Mark)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah sumber dari pemerintah Amerika Serikat mengungkapkan bahwa China mengirimkan beberapa jet tempur ke sebuah pulau yang disengketakan di kawasan Laut China Selatan. Langkah China kali ini dinilai sebagai salah satu sejumlah langkah militerisasi China di kawasan itu, menyusul penempatan rudal di Pulau Woody awal bulan ini dan pemasangan sistem radar di Kepulauan Spratly.

Menurut laporan Fox News pada Selasa (23/2), intel AS mengungkapkan terdapat sejumlah jet tempur China berjenis Shenyang J-11, atau yang disebut juga dengan "Flanker" dan Xian JH-7, atau "Flounder" di Pulau Woody, pulau yang sama tempat dua baterai dari delapan peluncur rudal jenis HQ-9 peluru kendali darat-ke-udara terlihat dari citra satelit sipil milik ImageSat Internasional.

Seorang pejabat AS yang tak dipublikasikan namanya mengungkapkan bahwa diperkirakan jumlah jet tempur itu tidak banyak, hanya "di bawah 10 [jet]."
Laporan ini muncul di tengah kunjungan Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, ke Washington pada Selasa dan bertemu dengan Menlu AS, John Kerry.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam pertemuan itu, Wang berharap penerbangan militer dan pelayaran patroli AS di sekitar pulau-pulau yang dipersengketakan di kawasan Laut China Selatan segera berakhir. "Kami tidak berharap melihat kapal pengintai militer atau kapal perusak rudal atau jet pengebom di kawasan Laut China Selatan," ujar Wang.

Sementara Kerry menyatakan dia ingin China mengakhiri militerisasi di sejumlah pulau sengketa. "Kami ingin [China] menghentikan ekspansi dan militerisasi di pulau yang diduduki," kata Kerry.

Namun Kerry menolak untuk menyalahkan China langsung atas militerisasi di Laut China Selatan.
"Hal ini penting bagi semua negara - China, Filipina, Vietnam, yang lain - untuk tidak terlibat dalam setiap reklamasi, bangunan, militerisasi sepihak. Dan faktanya adalah bahwa terdapat langkah-langkah yang dilakukan oleh China, Vietnam, dan lainnya yang sayangnya menciptakan siklus ketegangan," ujarnya.

Wang seharusnya mengunjungi Pentagon pada Selasa, tapi kunjungan itu dibatalkan. Tidak jelas di balik pembatalan itu dan pihak mana yang membatalkan. Juru bicara pers untuk Pentagon, Peter Cook menyatakan "penjadwalan yang berbeda" membuat pertemuan itu batal.

Ketika ditanya soal laporan Fox terkait penyebaran rudal di Pulau Woody, Wang menyatakan, itu untuk "tujuan defensif."

Informasi soal pengerahan rudal China di Pulau Woody dikonfirmasi oleh Menteri Pertahanan Taiwan pekan lalu.
Citra satelit dari salah satu badan think tank Amerika Serikat mengindikasikan bahwa China sudah memasang sistem radar frekuensi tinggi di Kepulauan Spratly yang dibangun oleh Beijing di tengah lahan sengketa di Laut China Selatan.

Citra yang diterima badan tersebut juga menunjukkan kemungkinan bahwa China sudah membangun gudang bawah tanah, mercusuar, helipad, peralatan komunikasi, dan dermaga beserta derek muatannya.

Laporan yang mengacu pada analisis citra satelit dari Januari hingga Februari ini juga memperlihatkan bahwa China sudah memperluas cakupan radar di bagian utara Laut China Selatan, mulai dari Pulau Paracel hingga bagian barat laut Spratly.

Hasil kajian satelit ini turut menyebut kemungkinan pembangunan radar, helipad, dan penyimpanan persenjataan di Gaven, Hughes, serta Johnson Reefs yang juga merupakan bagian dari Kepulauan Spratly. (ama/ama)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER