Jakarta, CNN Indonesia -- Pasukan khusus dan komando intelijen Perancis menggelar operasi rahasia melawan militan ISIS di Libya, bersama dengan Amerika Serikat dan Inggris. Hal ini diungkapkan dalam laporan media Perancis
Le Monde yang dikutip
Reuters pada Rabu (24/2).
Dalam laporannya
Le Monde menyebutkan, Presiden Perancis Francois Hollande telah memerintahkan "aksi militer tidak resmi" yang dilakukan oleh unit pasukan elite dan agen intelijen DGSE di daerah konflik Libya.
Tahun 2011, Perancis memainkan peran utama dalam penyerangan NATO ke Libya untuk membantu pemberontak menggulingkan Muammar Gaddafi.
Libya saat ini tengah mengalami dualisme kepemimpinan yang keduanya didukung kelompok bersenjata. Akibat ketidakpastian politik, wilayah di gurun Libya kebanyakan tanpa pemerintahan, menjadi tempat persembunyian strategis bagi kelompok-kelompok radikal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut
Le Monde, perang rahasia Perancis di Libya melibatkan serangan terperinci terhadap lokasi persembunyian para pemimpin kelompok Islam ultra-radikal. Serangan ini dipersiapkan secara rahasia di lapangan, demi membendung pertumbuhan ISIS di negara itu.
Kementerian pertahanan Perancis menolak mengomentari laporan
Le Monde tersebut. Namun sumber yang dekat dengan Menteri Pertahanan Jean-Yves Le Drian mengatakan dia telah memerintahkan penyelidikan soal "pelanggaran rahasia pertahanan nasional" untuk mencari siapa yang membocorkan operasi di Libya kepada media.
Hollande sebelumnya telah menegaskan Perancis tengah berperang dengan ISIS menyusul gelombang serangan di bar, restoran, gedung konser dan dekat stadion olahraga November tahun lalu yang menewaskan 130 orang.
Kementerian pertahanan Perancis sebelumnya mengonfirmasi bahwa jet tempur mereka tengah melakukan operasi mata-mata di Libya.
Le Monde mengatakan bahwa intel Perancis mulai menyerang Libya November tahun lalu yang menewaskan seorang anggota senior ISIS asal Irak di Libya bernama Abu Nabil.
Harian ini juga melaporkan beberapa blogger yang mengaku melihat pasukan khusus Perancis di timur Libya sejak pertengahan Februari lalu.
Seorang pejabat pertahanan senior Perancis yang dikutip
Le Monde mengatakan: "Hal terakhir yang harus dilakukan adalah intervensi di Libya. Kami harus menghindari aksi militer terbuka, dan beraksi secara rahasia."
(stu)