Jakarta, CNN Indonesia -- Hasil akhir pemilu Iran menunjukkan sekutu Presiden Iran, Hassan Rouhani, meraup banyak suara, namun tak cukup besar untuk bisa membentuk pemerintahan sendiri tanpa koalisi.
Berdasarkan deklarasi yang disiarkan oleh media pemerintah, Senin (29/2), 290 kursi parlemen Iran terpecah menjadi tiga kelompok utama.
Kelompok konservatif mengamankan 103 kursi, pro-Rouhani ‘List of Hope’ yang moderat dan reformis memenangkan 95 kursi, sedang 69 kursi lainnya tak ada pemenang tunggal sehingga akan dilangsungkan pemilu putaran kedua pada April.
Sisanya, akan diduduki oleh kandidat independen dan minoritas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Penghitungan suara sudah selesai, partisipan di Teheran adalah 50 persen dan di seluruh negeri sekitar 63 persen,” kata Menteri Dalam Negeri Iran, Abdolreza Rahmani Fazli. Sekitar 30 juta penduduk Iran berpartisipasi dalam pemilu.
Pada Jumat pekan lalu, Iran tak hanya melangsungkan pemilu parlemen tapi juga 88 anggota Dewan Ahli—yang akan memilih penerus Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, jika ia meninggal dalam masa pimpinannya.
Dua petinggi agama garis keras, Mohammad Yazdi dan Mohammad Taghi Mesbah-Yazdi, kehilangan kursi mereka di Dewan Ahli.
Rouhani menempati posisi ketiga dalam pemilihan Dewan Ahli, sedang sekutu utamanya, mantan presiden Ayatollah Akbar Hashemi Rafsanjani menduduki posisi pertama. Total, sekutu Rouhani yang reformis dan moderat memenangkan 15 kursi dari 16 kursi untuk Teheran dari 88 kursi Dewan Ahli—yang akan menjabat selama delapan tahun.
Kelompok konservatif—yang menentang perjanjian nuklir Iran dengan negara kekuatan dunia—menuding Rouhani-Rafsanjani serta reformis lain telah membentuk “daftar Inggris” dan bekerja sama dengan media Amerika dan Inggris.
(stu)