Jakarta, CNN Indonesia -- Salah satu putra Donald Trump diwawancarai lewat telepon oleh tokoh supremasi kulit putih di sebuah radio konservatif. Hal ini menambah kekhawatiran bahwa Trump mungkin saja menerima dukungan dari kelompok ekstremis kulit putih dalam pertarungannya memperebutkan kursi kepresidenan Amerika Serikat.
Donald Trump Jr., yang secara aktif berkampanye untuk ayahnya, hadir dalam wawancara pada program "Liberty Roundtable" pada Selasa (2/3) di stasiun radio konservatif yang dipandu oleh Sam Bushman, yang berbasis di Utah.
Selama wawancara, Trump Jr. menyatakan bahwa Donald Trump merupakan ayah yang baik. Menurutnya, kampanye ayahnya telah mengubah Partai Republik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini bukan kampanye lagi, ini sebuah gerakan," kata Trump Jr.
Diluncurkan sejak 2005, acara yang didirikan oleh organisasi Berita Radio Liberty milik Bushman kerap kali menampilkan bintang tamu yang terkait dengan ekstremisme, seperti mantan pemimpin Ku Klux Klan, David Duke dan dan tokoh yang kerap kali membantah tragedi Holocaust, Willis Carto.
Selama acara itu, putra Trump juga mendapat pertanyaan dari James Edwards, pemandu acara program lain, "The Political Cesspool"--acara yang menurut kelompok pemerhati HAM di AS, Southern Poverty Law Center, merupakan acara yang "rasis dan anti-Semit."
Edwards menyatakan dalam blog-nya pada Selasa bahwa dia akan menyiarkan ulang wawancara selama 20 menit pada Sabtu (5/3) di "The Political Cesspool," di situs www.thepoliticalcesspool.org/jamesedwards/.
Edwards juga menyatakan dalam blog-nya bahwa dia menghadiri kampanye Trump di Memphis sebagai awak media pada Sabtu (27/2) lalu.
Sementara tim kampanye Trump menyatakan tidak mengethui Edwards hadir dalam kampanye di Memphis. Mereka juga tidak mengetahui soal pandangan pribadi Edwards.
"Kampanye di Memphis pada Sabtu lalu ini dihadiri oleh semua media yang meminta akses masuk. Terdapat hampir 200 wartawan yang hadir dan kami tidak mengetahui secara pribadi satu per satu wartawan yang datang. Kampanye ini juga tidak tahu menahu soal pandangan pribadinya dan mengecamnya," katanya.
"Donald Trump Jr. tidak hadir (di kampanye di Memphis) dan meskipun ia menggantikan ayahnya menghadiri sejumlah program radio selama sepekan terakhir, sepengetahuannya dan tim kampanye, dia tidak berpartisipasi dalam wawancara dengan individu ini," kata juru bicara kampanye, Hope Hicks kepada
Reuters melalui email.
Namun Edwards, dalam sebuah pernyataan membela acaranya.
"Acara saya, The Political Cesspool, dengan bangga mempromosikan pandangan dunia Kristen konservatif dan kami menolak deskripsi media yang menyebut pekerjaan kami merupakan 'dukungan kepada supremasi kulit putih,' 'pro-perbudakan' dan kata-kata menakutkan lainnya," kata Edwards.
"Seperti yang saya jelaskan dalam tulisan saya di artikel kemarin, tidak boleh ada yang mempertanyakan keabsahan pers saya dan menilai wawancara dengan Donald Trump, Jr sebagai dukungan kepada kampanye Trump," lanjutnya.
Donald Trump mendulang suara terbesar dalam pemungutan suara di 13 negara bagian pada Super Tuesday kemarin, memuluskan langkahnya menjadi calon presiden AS dari Partai Republik.
Jika terpilih, Trump berjanji akan membangun tembok di perbatasan Meksiko untuk menghalau imigran masuk. Trump juga melarang warga Muslim memasuki AS dan menghalangi pengungsi Suriah mencari suaka di AS karena terdapat kemungkinan mereka anggota militan.
Sejumlah kebijakan Trump yang dinilai rasis ini populer dalam kelompok sayap kanan AS.
Sejumlah pejabat Partai Republik di Kongres AS pada Selasa mengutuk kelompok supremasi kulit putih setelah Trump sebelumnya sempat tidak membantah adanya dukungan mantan pemimpin KKK, David Duke kepadanya.
Ketua parlemen Paul Ryan menyatakan bahwa setiap calon presiden Partai Republik harus menolak dukungan dari kelompok "yang dibangun di atas fanatisme." Sementara, pemimpin Senat, Mitch McConnell menyatakan Senat Partai Republik mengecam kelompok-kelompok seperti KKK dan "semua yang mereka perjuangkan."
Meski demikian, para politisi Republik itu enggan berkomentar lebih lanjut soal potensi Trump melenggang ke Gedung Putih.
(ama/stu)