Jakarta, CNN Indonesia -- Polisi Turki menembakkan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan pemrotes di luar gedung harian Zaman yang sebelumnya diambil alih pemerintah pada Sabtu (5/3).
Pengadilan Turki pada Jumat memutuskan bahwa pengelola Zaman, Today’s Zaman (berbahasa Inggris) dan kantor berita Cihan, berkaitan dengan ulama Fethullah Gulen—yang dituding Presiden Turki Tayyip Erdogan merencanakan kudeta. Gulen sendiri saat ini berada di Amerika Serikat.
Kelompok hak asasi manusia dan pejabat eropa mengutuk pengambilalihan koran tersebut, dan menilainya sebagai bukti pemerintah Turki membungkam pihak oposisi. Media lain yang berafiliasi dengan Gulen telah diperlakukan serupa pada Oktober, dan perusahaan termasuk sebuah bank yang berhubungan dengan ulama itu juga telah diambil alih.
“Turki memiliki hak untuk mempertanyakan mereka yang ambil bagian dari upaya kudeta yang jelas, apakah [dalam] ekonomi atau jurnalistik, melawan pemerintah terpilih,” kata Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu dalam perjalanannya ke Teheran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Ada proses hukum yang menyelidiki soal operasi politik, termasuk menyalurkan uang secara ilegal. Kami tidak pernah melakukan intervensi dalam proses hukum,” tambah Davutoglu.
Erdogan telah berulang kali bersumpah akan menghancurkan gerakan keagamaan Gulen, yang menurut Erdogan telah menginfiltrasi kepolisian, peradilan dan birokrasi sejak partainya menang pada 2002.
“Sangat khawatir soal perkembangan terbaru di koran Zaman yang membahayakan kemajuan yang dibuat Turki di tempat lain,” kata Johannes Hahn, komisaris perluasan Eropa lewat Twitter.
Banyak yang menuding Uni Eropa menutup mata atas catatan HAM Turki karena mereka membutuhkan pertolongan Turki untuk mengatasi arus imigran yang membanjiri Eropa.
Polisi pertama kali menggerebek Zaman sekitar Jumat tengah malam, menembakkan gas air mata dan meriam air dan memaksa gerbang kantor dibuka lalu merangsek masuk ke dalam kantor.
Karyawan yang datang ke kantor Zaman pada Sabtu dipecat.
“Ini adalah hari yang gelap bagi demokrasi Turki dan pelanggaran mencolok atas konstitusi,” kata Sevgi Akarcesme, redaktur senior Zaman.
(stu)