Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah diplomat asing mengekspresikan keluhan kepada para pejabat pemerintah Amerika Serikat soal beberapa komentar kontroversial dan bernada rasis yang diluncurkan kandidat calon presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump.
Trump terkenal dengan pernyataan kontroversialnya soal pembangunan tembok besar di sepanjang perbatasan dengan Meksiko untuk menghalau imigran dari Meksik, yang menurutnya hanya menjadi pelaku kriminal dan pemerkosa di AS.
Trump juga dikecam karena menyerukan agar seluruh umat Muslim dilarang masuk AS untuk mengantisipasi serangan terorisme.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tiga pejabat AS yang tak ingin dipublikasikan namaya mengungkapkan kepada Reuters bahwa para diplomat dari Eropa, Timur Tengah, Amerika Latin dan Asia mengeluh dalam percakapan pribadi soal komentar Trump yang seringkali bernada rasis.
"Sementara retorika Trump terus berlanjut, dan dalam beberapa kasus semakin meningkat, semakin meningkat pula kekhawatiran para pemimpin di seluruh dunia," ujar salah satu pejabat AS.
Ketiga pejabat AS yang menjadi sumber Reuters menolak mengungkapkan daftar lengkap diplomat dari negara apa saja yang mengeluhkan soal celoteh Trump, namun kedua pejabat AS mengungkapkan diplomat asing tersebut termasuk yang berasal dari India, Korea Selatan, Jepang dan Meksiko.
Para pejabat AS menyatakan keluhan dari para diplomat semacam ini tidak umum terjadi, utamanya di tengah kampanye presiden AS. Pasalnya, negara sekutu AS biasanya tidak ingin dilihat mencampuri politik dalam negeri AS.
Para diplomat juga menyadari bahwa mereka harus bekerja sama dengan siapa pun kandidat yang terpilih sebagai presiden AS.
Meski demikian, sejumlah pemimpin senior di beberapa negara, termasuk Inggris, Meksiko, Perancis, dan Kanada, tak ragu meluncurkan kritik terhadap Trump. Menteri Perekonomian Jerman, Sigmar Gabriel bahkan terang-terangan melabeli Trump sebagai ancaman bagi perdamaian dan kemakmuran dunia.
Terkait laporan ini, tim kampanye Trump belum memberikan komentar apapun. Kedutaan Besar Jepang di AS juga menolak berkomentar, sementara Kedubes India dan Korea Selatan di AS juga tak memberikan komentar.
Juru bicara untuk pemerintah Meksiko tidak mengkonfirmasi keluhan pribadi dari para diplomatnya, namun menyatakan bahwa salah satu diplomatnya, Claudia Ruiz Massieu, menyatakan pekan lalu bahwa kebijakan dan komentar Trump "bodoh dan rasis."
Massieu juga menyatakan bahwa rencana Trump untuk membangun dinding perbatasan untuk menghentikan imigrasi ilegal dari Meksiko "tidak masuk akal."
Sementara itu, terdapat pula sejumlah kekhawatiran di luar negeri bahwa Amerika Serikat akan menjadi buruk di bawah kepemimpinan Trump, jika dia terpilih.
Pasalnya, Trump berjanji tidak akan menerapkan perjanjian perdagangan internasional yang menurutnya merugikan AS, serta mendorong sekutu AS untuk berperan lebih besar dalam menanggulangi konflik Timur Tengah.
"Diplomat Eropa terus bertanya soal peningkatan [posisi] Trump [dalam jajak pendapat] dengan tidak percaya dan, sekarang, semakin panik," ujar seorang pejabat senior NATO, yang tidak dipublikasikan namanya.
"Dengan krisis di Uni Eropa, [mereka] semakin cemas AS akan membuang muka ketika Eropa membutuhkan dukungan AS lebih dari sebelumnya," ujarnya.
Lebih dari 100 veteran pejabat luat negeri AS dari Partai Republik bersatu untuk menyatakan penentangan mereka terhadap Trump dalam surat terbuka yang dirilis pekan ini. Menurut mereka janji-janji Trump akan merusak sistem keamanan AS.
(ama)