Jakarta, CNN Indonesia -- Korea Selatan akan melarang masuk kapal yang sempat berlabuh di Korea Utara selama 180 hari belakangan sebagai salah satu sanksi atas pengembangan program nuklir Pyongyang pada tahun ini.
Seorang sumber pemerintahan Korsel mengatakan bahwa upaya ini dilakukan untuk memunculkan keengganan bagi perusahaan perkapalan dan perdagangan melakukan bisnis dengan Korut yang pada akhirnya akan terisolasi.
Selain itu, Korsel juga memasukkan perusahaan perkapalan Thailand, Mariner's Shipping & Trading, dan perusahaan Taiwan, Royal Team Corporation, ke dalam daftar hitam.
Seperti dilansir
Reuters, pemerintah Korsel juga akan memberlakukan sanksi baru bagi 40 individu dan 30 entitas Korea Utara karena program senjatanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seoul akan melarang semua pihak dalam daftar sanksi untuk melakukan transaksi finanasial dengan entitas Korsel. Seoul juga akan membekukan semua aset pihak tersebut yang berada di Korsel.
Di samping itu, Menteri Koordinasi Kebijakan Pemerintah Korsel, Lee Suk-joon, mengatakan bahwa pemerintah terus mengimbau warganya untuk tak makan di restoran Korut di manapun.
Keputusan ini hanya merupakan bagian dari berbagai upaya protes Korsel atas uji coba nuklir Korut dan peluncuran satelit menggunakan roket oleh Pyongyang pada bulan lalu.
Setelah peluncuran tersebut, Korsel langsung menghentikan operasi Kaesong, kawasan industri gabungan yang berada di dekat perbatasan Korut. Kawasan itu disebut-sebut sebagai salah satu sumber pendapatan terbesar bagi Korut.
Kementerian Luar Negeri Korsel kemudian juga mengumumkan penghentian proyek yang membawa batu bara Rusia menuju Pyongyang melalui Pelabuhan Rajin di Korut.
Presiden Korsel, Park Geun-hye, dan Presiden Rusia, Vladimir Putin, menandatangani kesepakatan operasi ini pada 2013 untuk mempromosikan proyek yang menghubungkan Khasan di Rusia dengan Rajin.
Program pengiriman ini dilaksanakan pada 2014-2015 di bawah konsorsium yang melibatkan perusahaan pembuat baja Korea, POSCO, Hyundai Merchant Marine, dan operator kereta api Korail.
Total pengiriman batu bara pada periode tersebut mencapai 294 ribu ton, kurang dari satu persen dari impor Korsel secara keseluruhan.
(stu/stu)