Jakarta, CNN Indonesia -- Dalam sebuah video yang tersebar di dunia maya pada pekan ini, beberapa warga asing memohon kepada negaranya untuk membayar uang tebusan kepada kelompok militan Filipina, Abu Sayyaf, dalam jangka waktu satu bulan. Jika tidak, nyawa mereka akan dihabisi.
Seperti dilansir
CNN, dua dari tiga orang sandera dalam video tersebut mengaku merupakan warga negara Kanada. Salah satu dari mereka mengatakan bahwa ia diculik oleh Abu Sayyaf demi tebusan meskipun tak mengetahui besaran uangnya.
"Saya memohon demi hidup saya. Tolong lakukan apa yang diminta oleh mereka dalam waktu satu bulan atau mereka akan membunuh saya dan mereka akan mengeksekusi kami," ujar sandera lainnya, sementara seorang militan menempelkan sebilah pisau besar di lehernya.
Pemerintah Kanada mengaku sudah mengetahui keberadaan video ini, tapi menolak memberikan komentar lebih jauh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pemerintah Kanada tidak akan berkomentar atau merilis informasi yang akan mempengaruhi upaya atau membahayakan keselamatan warga negara Kanada," demikian kutipan pernyataan resmi pemerintah Kanada.
Namun
CNN belum dapat melakukan verifikasi independen mengenai kebenaran video dan klaim dari para sandera.
Selain kedua warga Kanada tersebut, terdapat satu pria lain dan perempuan Filipina yang juga mengaku disandera. Tak hanya para sandera, dalam video itu terlihat pula satu militan bertopeng yang didampingi dua orang lainnya. Ia meminta setiap negara dari para sandera untuk berhenti menunda-nunda dan memberikan mereka waktu hingga 8 April.
Menurut laporan
Philippines News Agency, keempat sandera ini sama dengan empat orang yang diculik di Oceanview Resort di Samal Island, Mindanao, pada 21 September lalu.
Beberapa pekan setelah penculikan tersebut, tersebar video keempat sandera yang dikelilingi oleh para militan bertopeng dengan senjata dan spanduk ISIS di belakangnya.
Saat itu, pemerintah Kanada mengatakan bahwa mereka sudah menghubungi otoritas Filipina dan mengakses segala kanal untuk mendapatkan informasi lebih jauh.
Smeentara itu, pemerintah Norwegia juga mengatakan sudah mengetahui mengenai video yang ternyata juga menampilkan salah satu warganya sebagai sandera. Namun, mereka hanya bisa memberikan informasi bahwa pemerintah sedang berkoordinasi dengan otoritas Filipina.
Kala itu, juru bicara tentara Filipina mengatakan bahwa otoritas sudah mengetahui keberadaan video itu, tapi tidak dapat menerangkan lebih lanjut mengenai identitas sandera ataupun para penculiknya.
Dalam video pertama memang tak dijelaskan tenggat waktu pemberian uang tebusan. Namun dalam video kedua ini, jelas dikatakan tenggat waktu uang tebusan tersebut.
"Ini merupakan pesan terakhir. Ikuti negosiasi ini dan coba untuk memenuhi permintaan mereka," kata sandera ketiga.
(stu)