Ukraina dan Kanada Bahas Kemungkinan Pertukaran Tahanan

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Minggu, 13 Mar 2016 04:50 WIB
Ukraina dan Kanada tengah membahas kemungkinan pertukaran tahanan di tengah meningkatnya ketegangan antara kedua negara setelah pencaplokan Krimea.
Ilustrasi. (Diolah dari Thinkstockphotos.com)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ukraina dan Kanada tengah membahas kemungkinan pertukaran tahanan di tengah meningkatnya ketegangan antara kedua negara setelah pencaplokan Krimea.

Menurut Kementerian Kehakiman Rusia, upaya ini bermula dari permintaan Ukraina untuk merepatriasi empat warganya yang ditahan di penjara Moskow. Sementara itu, Rusia juga menginginkan 13 warganya yang dipenjara di Ukraina untuk dapat melanjutkan proses pengadilan di Moskow.

"Kementerian kehakiman Rusia dan Ukraina kini sedang membahas kemungkinan transfer 13 warga negara Rusia yang diadili di pengadilan Ukraina untuk melanjutkan proses pengadilan di wilayah Rusia," demikian kutipan pernyataan resmi Kementerian Kehakiman Rusia seperti dikutip The Telegraph, Jumat (11/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kementerian Kehakiman meminta waktu 30 hari untuk mempertimbangkan permintaan Ukraina. Salah satu rujukan pertimbangan tersebut adalah konvensi 1983 mengenai transfer tahanan yang sedang diadili.

Kabar ini diumumkan berselang sehari setelah Perdana Menteri Ukraina, Aseniy Yatsenyuk, memerintahkan pejabat kehakiman untuk menginformasikan rencana pemulangan kepada keluarga empat tahanan yang berada di Rusia, yaitu Oleg Sentsov, Yury Soloshenko, Alexander Kolchenko, dan Gennady Afanasyev.

Keempat pria tersebut ditahan tahun lalu atas tuduhan terorisme. Namun, banyak pakar mengatakan bahwa tuduhan tersebut hanya alibi untuk menghukum para aktivis pro-Ukraina.

Sentsov, Kolchenko, dan Afanasyev, ditahan di Krimea pada 2014 atas tuduhan merencanakan serangan teror melawan aktivis pro-Rusia di daerah yang sudah dicaplok oleh tentara Moskow dua bulan sebelumnya.

Mereka menampik tuduhan tersebut. Ketiga orang ini mengatakan bahwa mereka diadili karena mendukung gerakan revolusi Maidan yang melengserkan mantan Presiden Ukraina, Viktor Yanukovych, pada Februari 2014.

Sentsov dan Kokchenko dijerat hukuman penjara 20 dan 10 tahun. Afanasayev yang mengaku dipaksa untuk ikut serta dalam gerakan tersebut akhirnya dijatuhi hukuman tujuh tahun penjara.

Sementara itu, Soloshenko dijatuhi hukuman penjara selama enam tahun terhitung sejak Oktober lalu atas tuduhan menyelundupkan komponen rudal dari Rusia.

Ukraina sendiri menahan beberapa tahanan kelas kakap Rusia, termasuk Alexander Aleksandrov dan Yevgeny Yerofeyev. Mereka merupakan anggota badan intelijen militer Rusia, GRU, yang dibekuk di Ukraina timur pada Mei tahun lalu.

Di luar daftar nama yang diajukan, masih ada beberapa tahanan Ukraina berharap untuk direpatriasi, salah satunya Nadia Savchenko. Mantan pegawai tentara Ukraina ini diadili atas tuduhan pembunuhan.

"Jika ada perjanjian seperti itu, semua harus dilakukan dengan cara sehat dan positif. Saya pikir, satu-satunya kesempatan Nadia untuk pulang hanya melalui keputusan politik yang melibatkan pertukaran serupa," ucap pengacara Savchenko, Mark Feygin. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER