Jakarta, CNN Indonesia -- Hubungan Rusia dan negara Barat berada di titik terendah beberapa waktu belakangan. Persoalan Ukraina, Crimea, lalu Suriah, merupakan beberapa di antara penyebabnya, hingga banyak yang menyebut ini kedua negara berada di ambang Perang Dingin kedua. Isu Ukraina membuat Barat menjatuhkan sanksi terhadap Rusia. Kini, di Suriah, Rusia dan Barat juga berbeda kubu.
Negara koalisi internasional yang dipimpin Amerika Serikat melancarkan serangan udara untuk menggempur ISIS sejak September 2014, dan ingin Presiden Suriah Bashar al-Assad mundur. Sementara Rusia, atas permintaan pemerintahan Assad, melancarkan serangan udara sejak akhir September 2015, mendukung Assad. Rusia mengklaim menyerang teroris--ISIS dan Jabhat al-Nusra serta kelompok yang berafiliasi dengan mereka--namun banyak media menyebut bahwa Rusia juga menggempur kelompok pemberontak moderat yang melawan ISIS dan Assad serta didukung oleh Amerika Serikat.
Kemarin, Senin (14/3), Presiden Rusia, Vladimir Putin, memerintahkan penarikan pasukan udara Rusia dari Suriah di tengah kesepakatan gencatan senjata AS dan Rusia di Rusia. Namun, bagaimana Rusia menanggapi isu Perang Dingin, alasan keterlibatan dalam perang Suriah, dampak sanksi oleh AS dan Barat, serta bagaimana Rusia melihat akhir perang sipil Suriah, berikut wawancara
CNN Indonesia dengan Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhail Galuzin di Jakarta, beberapa waktu lalu:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tensi antara Rusia dan Barat sedang tinggi saat ini, pertama karena konflik Ukraina dan lalu serangan udara Rusia di Suriah. Itu yang kita ketahui, tapi apa penyebab pastinya? Apa yang salah di antara Rusia dan Barat?Dalam pendapat saya, apa yang salah adalah kebijakan Barat. Sebenarnya, kebijakan Barat dalam beberapa tahun ini atau dalam periode setelah Perang Dingin, ditujukan untuk mencoba menekan Rusia ke pinggir politik dunia, untuk memelihara dominasi Barat dalam hubungan internasional, secara menyeluruh mengabaikan tren obyektif akan kemunculan aturan dunia yang polisentris dan multi kutub. Dan ini adalah alasan utama apa yang terjadi sekarang.
Anda menyebut Ukraina dan Suriah. Apa yang terjadi di Ukraina tepatnya dua tahun lalu? Di Kiev, Ukraina, kudeta berdarah bersenjata yang disponsori oleh AS terjadi, dan hasil dari kudeta ini, pemerintahan legitimasi Ukraina digulingkan.
Dan Barat, mencoba menuding Rusia atas apa yang tidak diperbuat Rusia. Contohnya, campur tangan militer dan agresi militer di Ukraina dan sebagainya. Apa yang terjadi di Ukraina saat itu, adalah kudeta bersenjata yang disponsori Barat yang hasilnya menggulingkan pemimpin sah di Ukraina. Tentu Rusia mengecam keras kudeta ini dan Rusia berharap Barat tidak ikut campur di urusan dalam negeri Ukraina yang sayangnya sudah dilakukan.
Lalu Anda menyebut soal serangan udara di Suriah, yang benar adalah operasi antiteroris angkatan udara Rusia di Suriah atas permintaan pemerintah sah negara itu. Jadi, mengapa itu jadi alasan memburuknya hubungan Rusia dan Barat? Menurut pemahaman saya, Rusia tidak melakukan kesalahan apa pun. Rusia, tidak seperti Barat, mengebom fasilitas teroris di Suriah atas permintaan dari pemerintahan sah, di saat yang sama, Barat, koalisi pimpinan AS, mengebom Suriah tanpa permintaan baik atau sanksi dari pemerintah sah Suriah maupun dari Dewan Keamanan PBB. Jadi yang salah adalah kebijakan Barat.
Anda menyebut bahwa kebijakan Barat mencoba menekan Rusia. Mengapa mereka secara khusus menargetkan Rusia?Saya pikir pertanyaan ini lebih baik diajukan ke duta besar negara Barat di Jakarta, soal mengapa mereka mencoba menekan Rusia ke pinggir politik dunia, mengapa mereka mencoba mengisolasi Rusia. Pandangan saya adalah Barat tak suka kebijakan luar negeri independen Rusia, kebijakan memperhatikan dengan ketat hukum internasional, kebijakan menghormati kepentingan negara yang berdaulat, kebijakan yang ditujukan untuk kesetaraan dialog, kesetaraan hak, untuk mencapai solusi masalah internasional, kebijakan yang bertujuan menghormati peran sentral PBB dan hukum internasional.
Misalnya saat Barat melakukan yang mereka lakukan, kita melihat dalam beberapa tahun terakhir, kita telah melihat banyak kasus bagaimana Barat melanggar hukum internasional dengan ikut campur urusan dalam negeri negara yang berdaulat. Seperti mengebom negara Yugoslavia dulu, mengebom Libya, mengebom Irak, dan semua aksi ini melanggar hukum internasional, tanpa sanksi atau izin dari DK PBB. Dan aksi ini mengakibatkan perubahan rezim di negara berdaulat, dan kekacauan lebih lanjut akibat kekuatan (militer) tanpa izin dari PBB. Lihat apa yang terjadi sekarang di Libya, lihat yang terjadi sekarang di Suriah, lihat apa yang terjadi sekarang di Irak, dan di negara-negara ini, institusi negara hancur, sebagai hasil campur tangan Barat. Dan kevakuman kekuasaan ini digunakan oleh teroris, oleh ekstremis, yang aktivitas kriminalnya kita saksikan dalam bentuk ISIS.
[Gambas:Video CNN]Soal serangan udara Suriah?Pertama, pasukan angkatan udara Rusia melancarkan operasi mereka di Suriah atas permintaan permintaan sah negara itu. Ini adalah perbedaan yang sangat besar dari operasi Rusia di Suriah dan operasi koalisi yang dipimpin Amerika yang mengebom Suriah tanpa permintaan, tanpa izin dari pemerintahan sah negara tersebut. Yang kedua adalah, bahwa kami tidak pernah diberikan bukti apa pun, soal korban sipil atau kehancuran fasilitas sipil akibat serangan udara dari angkatan udara Rusia. Sebagai contoh, seminggu yang lalu, media Barat secara luas melaporkan bahwa angkatan udara Rusia mengebom rumah sakit di beberapa kota di Suriah, milik organisasi internasional Medecins Sans Frontieres (MSF). Tapi, pertama, semua itu tidak jelas terbukti. Kolega saya di Jenewa berhubungan dengan markas besar dan perwakilan MSF dan mereka mengatakan mereka tak punya alasan mengkritik Rusia tentang hal tersebut. Yang kedua, yang kita bom di Suriah hanya fasilitas teroris, anggota teroris, kamp pelatihan teroris, dan peralatan teroris dan rute dan peralatan ekspor minyak ilegal ISIS melalui Turki. Itulah yang kita bom di wilayah Suriah.
Tapi Anda juga tidak hanya mengebom ISIS, tapi juga teroris. Apakah teroris menurut Assad, yang termasuk pemberontak moderat yang sudah melawan Assad sejak 2011?Kami menghormati hukum internasional dan itulah sebabnya kita mengebom teroris yang dikualifikasikan oleh DK PBB, yaitu ISIS, Jabhat al-Nusra, dan kelompok teroris lainnya yang tergabung dengan ISIS dan Jabhat al-Nusra. Kemudian kami memverifikasi target, mengumpulkan intelijen dari berbagai sumber. Pertama-tama dari pusat informasi yang kami dirikan di Baghdad dan Amman, bersama dengan rekan kami Irak dan Yordania. Kemudian kami mempunyai satelit intelijen dan kami mempunyai intelijen dari pasukan pemerintah Suriah dan kami mempunyai intelijen dari kelompok yang mungkin melawan pemerintahan Bashar al-Assad, tapi ternyata melawan teroris.
Dan setelah memverifikasi informasi ini, kami meluncurkan serangan udara. Tapi selain itu, setiap hari kementerian pertahanan Rusia mengadakan pertemuan dengan media asing di Moskow dan dalam pertemuan ini, setiap hari, kami memberikan informasi rinci tentang apa, di mana, dan bagaimana kami mengebom. Sehingga komunitas internasional mempunyai informasi jelas tentang apa yang kami lakukan. Dan pada waktu yang sama, lihat aktifitas dari koalisi pimpinan AS, dan sekutunya, yang mengebom target sipil. Saya bisa memberi Anda informasi, hanya satu informasi Airwars Monitor Group, LSM, yang mengatakan bahwa sejak koalisi pimpinan AS mulai mengebom Suriah, sejak September 2014, kurang lebih sekitar 2000 rakyat sipil telah terbunuh oleh koalisi pimpinan AS. Jadi tampaknya spekulasi lama tentang korban sipil akibat serangan udara Rusia, tak berdasar dan salah.
Bagaimana Anda melihat akhir konflik Suriah? Ada banyak yang mengatakan bahwa Rusia ingin Bashar al-Assad tetap memimpin Suriah?Apa yang Rusia mau adalah melihat perdamaian di Suriah, melihat transisi politik di Suriah, yang dilaksanakan oleh Suriah sendiri, tanpa campur tangan.
Apa itu mungkin?Ya, kami rasa demikian. Jika pihak Barat tidak ikut campur tangan terhadap urusan dalam negeri Suriah, maka tidak akan ada yang melakukannya.
Tapi banyak kelompok yang ingin Assad mundur saat ini?Ada beberapa grup yang menginginkan Assad mundur sekarang. Naif jika berpikir bahwa jika Bashar al-Assad lengser, maka semuanya berubah menjadi normal di Suriah. Partner Barat kami sudah mengatakan kepada kami berkali-kali bahwa jika Gaddafi mundur, maka akan ada demokrasi di Libya. Sekarang lihat, pada akhirnya, tidak ada pemerintahan di Libya. Tapi Gaddafi tidak hanya lengser , ia bahkan telah dibunuh oleh serangan Barat, sejauh pemahaman saya. Barat mencoba untuk membujuk kami, bahwa sekalinya Saddam Hussein mundur, akan ada demokrasi di Irak, kita lihat apa yang terjadi di Irak saat ini. Kami tidak ingin melihat skenario yang sama di Suriah, karena campur tangan Barat di Libya dan Irak, kini Suriah, berujung pada aktifitas kriminal ISIS. Karena kekosongan kekuasaan yang diciptakan campur tangan Barat di Irak, Libya dan bagian Suriah telah diisi oleh ekstremis dan teroris yang harus kita perangi bersama sekarang.
Betul pemerintahan sah Suriah meminta Rusia melancarkan serangan udara di Suriah. Tapi apa kepentingan Rusia sehingga ikut campur di Suriah?Pertama, kami tidak ikut campur, kami melancarkan operasi di Suriah atas permintaan pemerintahan sah negara itu. Itu bukan ikut campur. Apa alasannya? Pertama, kami melihat ancaman pertumbuhan teroris yang belum pernah terjadi sebelumnya dari wilayah Suriah dan Irak, di mana ISIS menciptakan semacam negara semu. Dan yang mereka sebut negara ini, yang tak punya hubungan apapun dengan Islam atau pun negara, mengumumkan slogan yang sangat berbahaya soal pembentukan khilafah Islam dari Portugal hingga Pakistan. Kami sudah mendeteksi apa yang mereka sebut representatif ISIS di Afghanistan yang berarti mereka makin dekat ke perbatasan Rusia. Sementara itu, ada beberapa ribu warga Rusia yang berperang untuk ISIS di Suriah dan kami tidak ingin para penjahat ini, para teroris ini, kembali ke Rusia untuk melanjutkan aktivitas mereka. Dan itulah sebabnya mengapa kami pikir harus membantu pemerintah Suriah mengurangi ancaman teroris di wilayah Suriah. Jika tidak, ancaman teroris ini akan terus meluas dan meluas, mempengaruhi lebih banyak negara termasuk Rusia. Inilah mengapa Presiden [Vladimir] Putin pada September 2015, mengusulkan kepada Majelis Umum PBB untuk menciptakan koalisi antiteroris di bawah PBB, di bawah hukum internasional. Jadi kami tidak ingin melihat koalisi terpisah yang tidak terkoordinasi. Kami ingin melihat koalisi global yang menargetkan, yang ditujukan untuk melawan teroris. Itu sebabnya kami di Suriah.
Seberapa sulit menurut Anda untuk memerangi ISIS? Israel mengatakan mereka hanya kriminal di atas truk?Itu tergantung seberapa bersatunya masyarakat internasional memerangi ISIS. Sekali lagi, kami kecewa dengan aktivitas koalisi yang dipimpin AS di Suriah dan Irak karena setelah setahun, atau mungkin dua tahun, ISIS malah meluaskan wilayah mereka, wilayah yang mereka rebut. Dan kini kita lihat serangan udara Rusia yang diminta oleh pemerintah sah Suriah melawan ISIS dan Jabhat al-Nusra—yang dilarang di Rusia, menunjukkan hasil yang bagus, karena pasukan pemerintah Suriah terus maju dan membebaskan wilayah yang direbut oleh ISIS. Itu adalah estimasi kami, namun tetap, tugas ini sangat berat, kita harus bekerja sama untuk melakukan banyak hal untuk memerangi ISIS.
Banyak yang melihat bahwa ini merupakan awal dari Perang Dingin kedua. Bagaimana menurut Anda?Pertama, jika Anda berpikir bahwa Perang Dingin yang lain mulai terjadi, itu terjadi bukan karena aksi yang dilakukan Rusia. Seperti yang saya katakan, kebijakan Barat yang tidak mengindahkan aturan polisentris saat ini, dan mencoba membujuk dengan segala cara termasuk dengan militer kekuatan mereka dalam dunia global. Ini adalah alasan utama trenyang terjadi sekarang. Itulah alas an mengapa para ahli, analis, jurnalis, mengatakan bahwa Perang Dingin kedua dimulai. Lihat apa yang terjadi, semoga Barat mempertimbangkan kembali kebijakan mereka. Namun apa yang terjadi, pertama, perluasan NATO. Perluasannya mendekat ke perbatasan Rusia. Lalu ada strategi dari Barat, dipimpin AS, untuk memiliki militer lebih tinggi dari Rusia. Contoh jelasnya, adalah aktivitas AS dan Barat untuk menciptakan sistem pertahanan antirudal balistik yang bertujuan ke potensi strategis Rusia. Barat mencoba membujuk kami soal system IBM, system global, untuk melawan potensi nuklir dan rudal Iran. Namun kini ada kesepakatan untuk menyelesaikan persoalan terkait program nuklir Iran. Namun penmbentukan sistem IBM global masih berjalan. Itulah satu lagi alasan tensi militer yang terus meningkat.
Lalu seperti yang saya sebutkan di atas, Barat mungkin sedang mengatur sosial dan politik di negara berdaulat, bertujuan untuk menjatuhkan pemerintahan sah negara berdaulat. Dan maksud saya, pemerintah yang tidak disukai Barat. Kami sudah melihatnya di Yugoslavia, Libya, Irak, Ukraina, dan sekarang Suriah. Semoga, kesepakatan baru antara AS dan Rusia akan berujung pada transisi damai, transisi politik di Suriah. Itu yang kami mau. Dan kami harap AS dan sekutunya akan mematuhi kesepakatan ini juga. Tapi hingga kini, kebijakan Barat sudah menyebabkan tensi di seluruh dunia. Dan saya pikir ini membuat Anda, misalnya, menanyakan soal kemungkinan Perang Dingin baru.
Kini Rusia sedang di bawah sanksi dari AS dan Uni Eropa. Bagaimana dampaknya bagi rakyat Rusia?Sanksi dari Barat kepada Rusia secara ilegal adalah pelanggaran semua norma hukum internasional, sepenuhnya gagal. Karena tujuan utama dari pemberlakukan sanksi kepada Rusia oleh Barat adalah untuk memaksa Rusia mengubah kebijakan, karena masalah Crimea dan Ukraina. Kebijakan Rusia soal Crimea dan Ukraina tidak berubah sama sekali. Itu artinya, sanksi dan isolasi Barat betul-betul gagal, karena mereka tidak mencapai tujuan yang mereka ingin capai. Mereka tidak akan mencapai tujuan ini, karena Rusia bukan negara yang membiarkan rekan kami berbicara dengan kami dengan bahasa sanksi, tekanan, isolasi, dan sebagainya. Itu yang pertama. Yang kedua, potensi Rusia, di ekonomi, sumber pengetahuan, potensi intelektual, sangat besar. Dan negara seperti Rusia tidak bisa terdampak secara dramatis oleh sanksi dari negara mana pun.
Contohnya, kini kami di bawah sanksi. Sanksi ini bertujuan membatasi industri Rusia untuk memiliki investasi Barat, bank, dan sebagainya. Namun kini kami, dengan mempertimbangkan jatuhnya harga minyak dunia, kami memodernisasi industri kami sendiri, ekonomi kami sendiri sehingga lebih inovatif. Pertumbuhan ekspor barang industri dari Rusia, pertumbuhan sektor pertanian Rusia kini kembali menempati salah satu pengekspor terbesar gandum, contohnya. Kami terdepan dalam peralatan teknologi tinggi, seperti peralatan ruang angkasa, mesin ruang angkasa. Kami terdepan di soal energi nuklir dan pemakaian energi nuklir untuk tujuan damai. Kami terdepan memproduksi senjata kelas dunia, dan Indonesia adalah salah satu negara yang menggunakan persenjataan buatan Rusia. Jadi Rusia memiliki potensi yang sangat besar, yang tidak bisa dikecilkan oleh sanksi apa pun dari siapa pun. Dan sejauh ini, dampak sanksi sepengetahuan saya, tentu saja itu tidak menyenangkan, namun tidak mengakibatkan bencana sama sekali bagi kami. Dan lebih jauh, sanksi ini merusak kedua pihak, bagi yang memberlakukan dan yang dikenai.
Ketika Rusia dan Barat bertindak bersama, bekerja sama, dengan kesetaraan, saling menghormati kepentingan bersama, mereka sangat bagus, dengan hasil yang sangat positif bagi masyarakat internasional. Lihat bagaimana Rusia dan AS di bawah PBB mengimplementasikan program yang sangat penting soal demiliterisasi kimia di Suriah. Itu merupakan hasil kolaborasi penting antara Rusia dan Barat. Lalu, lihat bagaimana pentingnya pencapaian kesepakatan terkait isu program nuklir Iran. Beberapa waktu lalu, AS dan Rusia mengeluarkan pernyataan soal suksesi gencatan senjata di Suriah. Itu satu lagi contoh bagaimana Rusia dan AS bisa berkerja sama penuh untuk perdamainan, stabilitas, keamanan di Timur Tengah dan global.
Jadi itulah cara yang harus dijalani, tanpa berusaha mengisolasi satu sama lain, tanpa berusaha untuk memaksakan tekanan satu sama lain, memberlakukan sanksi apa pun terhadap satu sama lain. Saya pikir itu adalah cara yang lebih menjanjikan, maksud saya kolaborasi antara Rusia dan Barat. Itu lebih menjanjikan untuk masyarakat internasional. Jika Barat bekerja sama dengan Rusia, seperti dalam kasus Suriah dan demiliterisasi kimia atau program nuklir Iran, Anda tak akan punya alasan untuk bertanya pada saya soal apakah perang dingin dimulai atau tidak.
(stu)