Warga Palestina Terpaksa Ubah Kebiasaan demi Cari Selamat

Denny Armandhanu | CNN Indonesia
Rabu, 16 Mar 2016 13:20 WIB
Warga Palestina kini berkendara lebih pelan, tidak memasukkan tangan ke dalam saku, atau meneriakkan "Allahu Akbar", jika tidak ingin ditembak polisi Israel.
Warga Palestina kini berkendara lebih pelan, tidak memasukkan tangan ke dalam saku, atau meneriakkan
Jakarta, CNN Indonesia -- Maraknya aksi penikaman terhadap warga Israel belakangan ini membuat masyarakat sipil Palestina waswas. Mereka terpaksa mengubah kebiasaan dan bertindak sangat hati-hati, jika tidak ingin jadi sasaran tembak polisi Israel.

Pasalnya, polisi Israel tidak pikir panjang dalam menembak warga Palestina yang dianggap mencurigakan, bahkan yang tidak bersalah sekalipun. Sebuah gerakan atau gestur kecil dari warga Palestina bisa membuat polisi Israel bereaksi keras, termasuk ucapan "Allahu Akbar" di tempat publik.
Sejak kekerasan marak di wilayah itu Oktober tahun lalu, 184 warga Palestina terbunuh oleh tentara Israel atau warga sipil Israel yang bersenjata. Sebanyak 124 di antaranya diidentifikasi sebagai pelaku penikaman atau pelaku potensial, sisanya adalah warga Palestina yang tidak berdosa.

Israel memang tengah meningkatkan pengamanan mereka menyusul ketegangan dengan warga Palestina terkait kisruh di kompleks al-Aqsa. Sebanyak 28 warga Israel dan dua warga Amerika Serikat tewas ditikam, ditembak atau ditabrak oleh warga Palestina di Tepi Barat, Yerusalem dan Israel.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kebanyakan pelaku penyerangan bukanlah anggota kelompok militan, melainkan warga biasa, pria dan wanita, berusia di bawah 25 tahun. Sejak itu, keamanan aparat Israel ditingkatkan.

Namun kewaspadaan polisi dan tentara Israel dianggap berlebihan, membuat warga Palestina harus berhati-hati bertindak dan mengubah beberapa kebiasaan.
Kini mereka harus berkendara lebih pelan dan jika diminta berhenti, mencoba sebisa mungkin menghindari adu mulut dengan aparat Israel. Berpakaian tipis, bahkan jika cuaca dingin. Tidak pernah lagi memegang ponsel di dalam saku, dan pikir dua kali jika ingin menyebut "Allahu Akbar" di tempat publik, terutama di Kota Tua Yerusalem.

"Polisi dimana-mana. Mereka menulis tilang di sini dan di sana, dan tidak ada yang bisa melawan. Siapapun yang melawan bisa ditembak," kata seorang warga Palestina, Sami.

Aparat Israel mengatakan tindakan keras hanya dilakukan dengan alasan yang kuat. Namun kebanyakan warga Palestina tidak memercayainya dan terpaksa wawas diri.

"Jika telepon saya berbunyi ketika berjalan melalui tentara Israel, saya tidak mengangkatnya. Saya takut mereka kira saya akan mengeluarkan pisau dari saku," ujar Sami.

Beberapa warga Palestina kini membawa ponsel mereka di saku baju. Sementara yang lainnya memilih tidak memakai pakaian tebal agar tidak dicurigai membawa senjata.
"Ada kewaspadaan yang besar, karena nyawamu lebih berharga dari apapun," kata Mohammed, 36, pedagang di Gerbang Damaskus, Kota Tua Yerusalem, tempat banyak terjadi penikaman.

"Bahkan jika cuaca dingin, tidak bisa menggunakan pakaian tebal karena jika Anda dihentikan, mereka [polisi Israel] akan membuka pakaian Anda di depan orang-orang dan kamera," lanjut Mohammed.

Ancaman tidak hanya datang dari aparat Israel, namun dari warga sipil Israel yang bersenjata, terutama kelompok Yahudi ekstrem.

Seorang pejalan kaki warga Eritrea ditembak dan dipukuli hingga tewas Oktober tahun lalu oleh sekelompok warga Israel karena dikira orang Arab. Insiden ini terjadi usai serangan mematikan di sebuah terminal bus.

"Kami takut menjadi korban Yahudi dalam kasus kejahatan berlandaskan kebencian, hanya karena kami Arab," kata Hamdi, pengusaha dari Gaza yang sering ke Yerusalem untuk berbisnis.

Ucapan juga harus dijaga, salah satunya kalimat "Allahu Akbar" yang selalu diucapkan umat Islam di keseharian maupun dalam ibadah.
Israa Jaabees, seorang warga Palestina, dituduh meledakkan bom kaleng gas di dalam mobilnya setelah polisi Israel menghentikannya di Tepi Barat Oktober lalu.

Salah satu dasar dalam dakwaan terhadap Jaabees, adalah ucapan "Allahu Akbar" yang diteriakkan wanita berusia 31 tahun itu sesaat sebelum ledakan terjadi, melukai dirinya dan seorang polisi Israel.

Jaabees mengaku meledakkan gas, namun dia mengatakan itu adalah tindakan bunuh diri spontan setelah dihentikan polisi Israel. Namun ucapan "Allahu Akbar" yang berarti "Allah Maha Besar" diteriakkannya untuk mengecam polisi itu, bukan untuk membuat ledakan. (den)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER