Konflik Hambat Perkembangan Otak 87 Juta Anak-anak

Elvina Rosita/Reuters | CNN Indonesia
Kamis, 24 Mar 2016 18:23 WIB
UNICEF mengatakan bahwa hampir 87 juta anak-anak di bawah umur tujuh tahun yang hidup di daerah konflik mengalami keterlambatan perkembangan otak.
UNICEF mengatakan bahwa hampir 87 juta anak-anak di bawah umur tujuh tahun yang hidup di daerah konflik mengalami keterlambatan perkembangan otak. (Reuters/Alaa Al-Faqir)
Jakarta, CNN Indonesia -- Hampir 87 juta anak-anak di bawah umur tujuh tahun yang hidup di daerah konflik mengalami keterlambatan perkembangan otak, menurut badan anak-anak PBB, UNICEF.

Dalam laporan yang dirilis Kamis (24/3), UNICEF mengatakan trauma ekstrem pada anak-anak akan menghambat koneksi sel otak, yang penting untuk kesehatan, emosional dan kemampuan belajar anak.

"Selain ancaman fisik yang dihadapi anak-anak di tempat krisis, mereka juga berisiko terluka secara emosional yang mendalam," ujar Pia Britto, kepala perkembangan anak usia dini UNICEF dalam sebuah pernyataan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Konflik merenggut rasa aman mereka, keluarga dan teman-teman, bermain dan keseharian,” lanjut Britto. “Padahal itu semua adalah elemen masa anak-anak memberikan kesempatan untuk berkembang dan belajar secara efektif, memungkinkan mereka untuk berkontribusi di bidang ekonomi dan sosial dan membangun masyarakat yang kuat dan aman ketika mereka mencapai usia dewasa.”

Seorang anak lahir dengan 253 juta sel otak yang disebut neuron, yang memiliki potensi untuk berkembang cepat selama tujuh tahun pertama sebelum mencapai umur dewasa sekitar satu miliar neuron, kata UNICEF.

Namun itu semua bergantung pada perkembangan anak usia dini seperti menyusui, kesempatan belajar dan kesempatan untuk tubuh dalam lingkungan yang aman.

Trauma ekstrem menempatkan anak-anak pada risiko hidup dalam keadaan stres yang menghambat koneksi sel otak, dengan konsekuensi seumur hidup untuk perkembangan kognitif mereka, perkembangan sosial dan fisik. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER