Mekanisme yang Disusun ASEAN-China Tak Selesaikan Masalah LCS

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Rabu, 30 Mar 2016 17:53 WIB
Peneliti dari U.S. Naval War College mengatakan mekanisme DoC tidak mengikat sehingga tidak memberikan efek jera.
Beijing membangun Kepulauan Spratly di perairan yang juga disengketakan oleh Filipina, Brunei Darussalam, Malaysia, Taiwan, dan Vietnam. (U.S. Navy/Handout)
Jakarta, CNN Indonesia -- Di tengah situasi yang kian panas, negara anggota ASEAN dan China masih terus menggodok Code of Conduct (CoC) di Laut China Selatan. Namun menurut seorang peneliti studi maritim China, Petter Dutton, CoC itu tak menyelesaikan masalah di LCS.

“Saya pikir, Code of Conduct merupakan cara yang baik untuk mengurangi ketegangan di Laut China Selatan. Namun, Code of Conduct tak menyelesaikan masalah,” ujar Dutton dalam telekonferensi di Boston, Amerika Serikat, dengan awak media di Jakarta, Rabu (30/3).
Menurut pengamat dari U.S. Naval War College ini, mekanisme yang disusun oleh tim Declaration of Conduct (DoC) ini tidak mengikat sehingga tak memberikan efek jera.

“Code of conduct seharusnya mengikat. Sayangnya, dari yang sekarang dibicarakan, tidak mengikat. Salah satu tantangan dari Code of Conduct ini adalah bagaimana caranya ini dapat mengikat. Harus ada konsekuensi jika ada yang melanggar code of conduct. Itu harus diperhatikan secara hati-hati,” tutur Dutton.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, menurut Dutton, dokumen hasil dari CoC ini juga harus menetapkan batasan jelas dari sumber daya yang ada di Laut China Selatan, jangan hanya masalah kedaulatan. Pasalnya, masalah wilayah sebenarnya sudah diatur jelas dalam Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNCLOS).

“Harus ada outcome yang jelas tak hanya mengenai mana pulau saya dan pulau kalian, tapi juga mana sumber daya saya, mana sumber daya kalian, mana ikan saya, mana ikan kalian. Apakah minyak ini milik saya atau kalian?” papar Dutton.
Dutton mengatakan bahwa hal ini sangat penting mengingat ada negara yang kerap kali memanfaatkan kesimpangsiuran kepemilikan sumber daya untuk melanggar UNCLOS. “Mereka harus segera mencari win win solution,” ucap Dutton.

Sementara CoC masih terus digodok, Dutton menyarankan semua negara ASEAN untuk membuat satu pernyataan kuat untuk menekan China yang kini mulai meningkatkan kehadirannya di perairan sengketa.

China memang sedang terus meningkatkan pengaruhnya di sekitar LCS. Beijing membangun Kepulauan Spratly di perairan yang juga disengketakan oleh Filipina, Brunei Darussalam, Malaysia, Taiwan, dan Vietnam. 
Belakangan, China dikabarkan mulai menempatkan kekuatan militer di Kepulauan Spratly, bahkan sempat menghalau nelayan Filipina untuk masuk wilayah itu.

Sementara itu, AS terus melakukan patroli kapal di dekat daerah tersebut atas dasar kebebasan berlayar di perairan internasional. (den)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER