Jakarta, CNN Indonesia -- Donald Trump memang piawai memicu kontroversi, kecaman, sekaligus kebingungan, baik di dalam dan luar negeri. Komentar terbaru Donald Trump yang membuat banyak orang mengernyitkan dahi adalah soal senjata nuklir.
Dalam wawancara dengan Anderson Cooper dari
CNN Selasa lalu, Trump jika menjadi presiden Amerika Serikat akan menarik tentara dari dua negara mitra terbesar mereka dan menggantinya dengan senjata nuklir.
Saat ini ada 54 ribu tentara AS di Jepang dan 28.500 di Korea Selatan. Menurut Trump, Jepang dan Korsel akan lebih baik jika mampu melindungi diri sendiri dari "maniak Korea Utara".
"Sejujurnya akan lebih baik jika Korsel mulai melindungi diri mereka sendiri atau mereka harus membayar kita," kata kandidat calon presiden AS dari Partai Republik itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Komentar Trump ini memicu reaksi dari Jepang dan Korsel. Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe bahkan merasa perlu meresponnya secara terbuka.
"Siapapun yang menjadi presiden AS berikutnya, aliansi AS-Jepang adalah landasan dari diplomasi Jepang," kata Abe.
Jepang hingga saat ini adalah satu-satunya negara yang pernah menjadi korban senjata nuklir. Selain itu, Jepang juga memiliki kebijakan non-senjata nuklir serta konstitusi cinta damai sejak berakhirnya Perang Dunia II.
Itulah sebabnya mengapa komentar Trump soal penempatan senjata nuklir di Jepang dianggap membingungkan. "Tidak mungkin jepang mempersenjata diri dengan senjata nuklir," kata Menteri Luar Negeri Fumio Kishida.
Pemerintah AS mengkritik pernyataan Trump soal Korut yang tidak membantu ongkos militer AS di negaranya.
"Korea Selatan itu mesin uang tapi mereka membayar kita dengan kacang...Korsel harus membayar kita untuk perlindungan terhadap mereka," kata Trump.
Komentar Trump ini dianggap salah besar oleh Kementerian Luar Negeri Korsel, Duta Besar AS untuk Korsel dan bahkan Gedung Putih.
Duta Besar AS untuk Korsel Mark Lippert mengatakan pemerintah Seoul membayar 55 persen pengeluaran non-personel Amerika.
Mantan Dubes AS untuk Korsel Christopher Hill bahkan mengaku bingung atas pernyataan Trump. "Saya tidak tahu apa yang dia bicarakan, tapi sepertinya dia sendiri juga kebingungan," kata Hill.
Pengamat hubungan internasional Troy University dari Daniel Pinkston mengatakan komentar Trump semakin memperburuk citra AS di mata negara-negara sahabat.
"Apakah dia akan memenangkan nominasi Partai atau tidak, atau apakah dia terpilih presiden atau tidak, bahkan di tahap ini, dia sudah merusak reputasi AS di mata internasional dan merusak kepentingan keamanan AS," kata Pinkston.
(den)