Mengapa Tak Banyak Warga AS di Bocoran Panama?

Denny Armandhanu | CNN Indonesia
Selasa, 05 Apr 2016 17:10 WIB
Hanya ada 211 orang klien dari AS dalam bocoran Panama. China dan Rusia menuding AS dibalik bocoran tersebut untuk mendiskreditkan pemimpin non-Barat.
Hanya ada 211 orang klien dari AS dalam bocoran Panama. China dan Rusia menuding AS dibalik bocoran tersebut untuk mendiskreditkan pemimpin non-Barat. (Reuters/Jon Nazca)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bocoran dokumen Panama menyebutkan banyak nama tokoh besar dari seluruh dunia, mulai dari Vladimir Putin hingga Lionel Messi. Namun ada kejanggalan dalam bocoran dokumen perusahaan Mossack Fonseca itu, yaitu tidak banyak nama dari Amerika Serikat.

Hal ini seakan menegaskan tuduhan China dan Rusia bahwa AS berada di belakang bocoran ini. Pemerintah China mengatakan, laporan yang dirilis International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ) itu menargetkan para pemimpin non-Barat, sementara politisi AS tidak tersentuh. Sementara pemerintah Rusia menuding bocoran itu adalah cara untuk mendiskreditkan Putin jelang pemilihan umum.

Dari 11,5 juta dokumen Mossack Fonseca, sejauh ini hanya teridentifikasi 211 orang klien dari Amerika Serikat, yang diduga menggunakan jasa perusahaan Panama untuk membentuk perusahaan cangkang, entah untuk penggelapan pajak atau pencucian uang.
Padahal menurut laporan subkomite Senat AS tahun 2014 yang dikutip Fusion, salah satu media mitra ICIJ, setiap tahunnya ada US$150 miliar pemasukan pajak yang hilang dari AS.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Shima Baradaran Baughman, profesor hukum University of Utah dalam wawancara dengan Fusion menduga hal ini terjadi karena warga AS tidak perlu pergi ke Panama untuk membentuk perusahaan fiktif dan menggelapkan pajak. Mereka bisa melakukan hal itu di dalam negeri sendiri.

"Warga Amerika bisa membuat perusahaan cangkang di Wyoming, Delaware atau Nevada. Mereka tidak perlu pergi ke Panama untuk membentuk perusahaan cangkang untuk aktivitas haram," kata Baughman.

Ekonom dan penasihat senior di Tax Justice Network, James Henry, mengatakan sejak tahun 1970-an warga AS adalah yang pertama menggunakan jasa perusahaan cangkang di luar negeri. Salah satu tujuan utama untuk menggelapkan pajak saat itu adalah Bahama, surga pajak, melibatkan ratusan nama mulai dari band rock Creedence Clearwater Revival, pemilik Hotel Hyatt hingga mafia dari Cleveland.

"Apa yang terjadi saat ini, warga Amerika sadar mereka tidak perlu pergi ke Panama. Delaware bisa membuatnya. Sebanyak 49 negara bagian kini menawarkan pembentukan LLC (perusahaan perseroan terbatas). Intinya kita punya surga industri asing di AS yang sama rahasianya dengan negara lain," kata Henry.
Laporan Forbes Januari lalu menyebutkan Amerika Serikat merupakan negara surga pajak baru dunia. Seperti halnya Cayman Island, British Virgin Island, Bahama atau Panama, beberapa negara bagian di AS menerapkan kerahasiaan yang ketat dalam hal identitas pemilik perusahaan dan pembebasan pajak, membuka celah pencucian uang dan penggelapan pajak.

Menurut Forbes bahkan AS "lebih buruk dibanding Cayman Island". Laporan lembaga Tax Justice Network menyebutkan AS bahkan menolak berpartisipasi dalam pertukaran informasi otomatis global untuk data perbankan yang dicanangkan Organisasi untuk Pembangunan dan Kerja Sama Ekonomi, OECD.

Padahal bertahun-tahun lampau AS mengecam negara-negara yang membantu warga Amerika menyembunyikan uang mereka di luar negeri. Kini AS malah menciptakan pasar baru, menjadi tempat berlabuh dana asing dari seluruh dunia.

Jason Sharman, penulis buku "Global Shell Games: Experiments in Transnational Relations, Crime, and Terrorism" mengatakan AS bahkan lebih rapat dalam menyimpan identitas pemilik perusahaan dibanding negara surga pajak lainnya seperti British Virgin Island.

"Jika Anda membentuk perusahaan di British Virgin Islands, Anda harus memberitahu identitas Anda kepada orang yang membantu anda membentuk perusahaan. Tapi jika Anda membentuknya di Nevada, contohnya, tidak perlu seperti itu. Jadi Nevada lebih hebat karena lebih rahasia dibanding British Virgin Islands," ujar Sharman.
September tahun lalu, Andrew Penney, direktur pelaksana di perusahaan Rothschild & Co., seperti dikutip Bloomberg berbicara soal bagaimana kaum elite menghindari membayar pajak, salah satunya dengan membangun perusahaan cangkang di luar negeri. Amerika, kata dia, saat ini jadi salah satu tujuan utama.

Kini mulai dari pengacara di London hingga perusahaan pialang di Swiss mulai memindahkan akun klien-klien konglomerat mereka dari Bahama dan British Virgin Island ke Nevada, Myoming atau South Dakota.

"Amerika adalah surga pajak terbesar di dunia," kata Penney. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER