Jakarta, CNN Indonesia -- Seluruh pekerja asal Korea Utara di sebuah restoran membelot dan pergi ke Korea Selatan. Kasus ini mencuatkan kembali praktik kerja paksa dan pemerasan tenaga dari warga Korut oleh rezim Kim Jong Un.
Juru bicara Kementerian Unifikasi Korsel, Jeong Joon-hee mengatakan pada Jumat (8/4), ada 12 orang wanita dan seorang pria yang membelot dari restoran Korut di sebuah negara.
Ke-13 orang ini tiba di Seoul pada Kamis lalu. Menurut Jeong, mereka membelot karena tidak tahan "tekanan dari pemerintah Korut". Mereka harus bekerja banting tulang di negara lain, namun gaji mereka sebagian besarnya harus diberikan pada rezim di Pyongyang.
"Pemerintah kami memutuskan menerima mereka atas dasar kemanusiaan," kata Jeong.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jeong masih enggan memberitahu di negara mana ke-13 orang itu bekerja. Para pekerja itu juga belum bicara kepada wartawan dan wajah mereka disamarkan.
Namun diduga, mereka pergi dari negeri yang jauh dari Korsel, berdasarkan perkataan Jeong. "Kelompok ini masih tegang dan lelah setelah perjalanan jarak jauh," kata dia.
Menurut Jeong, selain jengah diperah pemerintah sendiri, mereka memutuskan membelot setelah melihat kehidupan di Korsel yang sangat berbeda dengan apa yang dipropagandakan Korut.
"Para pekerja ini mengaku mengetahui realitas soal Korsel melalui acara TV Korsel, sinetron, film dan internet. Mereka juga akhirnya tahu bagaimana propaganda Korea Utara dibuat," ujar Jeong.
Belum ada pernyataan dari pemerintah Korut. Pembelotan memang sering terjadi, namun kasus membelot massal seperti ini sangat langka.
Korut membuka restoran di banyak negara. Para pekerjanya adalah warga Korut dan dikelola oleh pemerintah Pyongyang.
Kasus ini kembali mencuatkan laporan tahun 2014 soal pemerasan terhadap para pekerja oleh pemerintah Korut. Asian Institute for Policy Studies memperkirakan ada lebih dari 50 ribu pekerja Korut di luar negeri, kebanyakan di sektor pertambahan, penebangan, tekstil dan konstruksi.
Laporan PBB tahun lalu menyebutkan, rezim Kim Jong Un mengantungi uang antara US$1,2-2,3 miliar dari keringat para pekerja mereka di luar negeri.
"Jumlah pekerjanya terus meningkat. Saya kira ini mencerminkan realitas buruknya situasi keuangan dan ekonomi di Korea Utara," kata Marzuki Darusman, pelapor khusus PBB untuk HAM Korut, Oktober lalu.
(den)