Jakarta, CNN Indonesia -- Hampir 6.000 pengungsi anak-anak dan anak di bawah umur dilaporkan menghilang di Jerman sepanjang tahun lalu.
Tingginya jumlah ini menegaskan nasib pengungsi anak sebagai salah satu persoalan yang harus ditangani di tengah gelombang imigran yang masuk ke Eropa. Dikhawatirkan, pelaku perdagangan manusia memanfaatkan krisis itu dengan memangsa anak-anak yang rentan.
Europol, lembaga penegak hukum Uni Eropa, sebelumnya memperkirakan sekitar 10 ribu pengungsi anak menghilang selama setahun terakhir.
"Ini tidak berarti sesuatu terjadi pada mereka," kata juru bicara Europol. "Sebagian dari anak-anak sebenarnya bisa jadi tinggal dengan kerabatnya. Tapi ini memang berarti bahwa anak-anak berpotensi berisiko."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut media the Local, menteri dalam negeri Jerman mengatakan kepada parlemen bahwa sekitar 5.835 remaja dan anak-anak dilaporkan menghilang tahun lalu. Sebanyak 555 dari mereka di bawah umur 14 tahun.
“Anak-anak di bawah umur yang hilang dan tanpa pendamping, sebagian besar berasal dari Afghanistan, Suriah, Eritrea, Maroko dan Aljazair," kata kementerian dalam negeri Jerman, dikutip dari
the Independent. Namun tidak disebut alasan rinci mengapa mereka hilang.
Seperti dilansir the Observer, kepala staff Euoropol, Brian Donald, bulan lalu mengatakan 5.000 anak telah menghilang di Italia saja.
“Bukannya tidak beralasan kita mencari 10 ribu lebih anak-anak. Tidak semua dari mereka dieksploitasi secara kriminal; sebagian dari mereka mungkin diberikan kepada anggota keluarga. Kami hanya tidak tahu dimana mereka, apa yang sedang mereka lakukan atau dengan siapa,” ujar Donald.
(stu)