450 Pecandu Narkoba Vietnam Kabur dari Pusat Rehabilitasi

Elvina Rosita/AFP | CNN Indonesia
Kamis, 14 Apr 2016 17:26 WIB
Setelah kabur, ratusan pecandu narkoba meminta pakaian dari warga lokal dan mencoba lari dengan menumpang mobil yang lewat.
Ilustrasi (U.S. Customs)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sekitar 450 pecandu narkoba di Vietnam melarikan diri dari pusat rehabilitasi, banyak di antaranya menjalani pengobatan wajib.

Seorang pejabat pada hari Kamis (14/4) mengatakan para tahanan menyerang penjaga, memanjat tembok dan merobohkan gerbang utama di pusat rehabilitasi di Provinsi Ba Ria Vung Tau, Vietnam selatan Rabu (13/4) malam.

"Kami membawa kembali 150 pasien, sementara upaya pencarian sedang dilakukan untuk sekitar 300 pasien lain," kata Le Thi Trang Dai, direktur tenaga kerja provinsi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemerintah mengadakan program pengobatan wajib untuk sekitar 140 ribu pecandu narkoba di Vietnam. Para pecandu narkoba juga dapat masuk secara sukarela untuk menjalani perawatan di rehabilitasi tersebut.

Para pencandu yang kabur adalah gabungan dari orang yang wajib melakukan pengobatan dan pecandu yang sukarela menjalani rehabilitasi, kata Dai.

Ia menambahkan pemerintah setempat mendesak para keluarga untuk membawa kembali pasien yang melarikan diri sehingga mereka dapat menyelesaikan pengobatan.

"Polisi juga menyelidiki alasan di balik pelarian ini, mencoba memahami jika ada yang pemimpin dalam insiden ini," katanya.

Mengutip laporan koran VN Express, para pasien yang kabur meminta pakaian kepada warga lokal dan mencoba kabur dari area itu dengan menumpang mobil-mobil orang yang lewat.

"Sebagian orang lainnya melarikan diri ke hutan terdekat," lapor VN Express.

Para pecandu narkoba menjalani dua tahun pengobatan di pusat rehabilitasi yang bertujuan untuk mengurangi tingginya angka penggunaan narkoba, terutama di kalangan remaja.

Kelompok pemerhati HAM, Human Rights Watch telah mengecam kondisi di pusat-pusat rehabilitasi Vietnam dan para ahli di PBB mengusulkan untuk menutup pusat pengobatan tersebut.

HRW mengatakan pusat pengobatan seperti "kamp kerja paksa" di mana para pasien tidak menerima perawatan kesehatan yang layak dan sering mengalami kekerasan fisik.

Sebagian besar pecandu terpaksa dilaporkan oleh keluarga mereka atau pemerintah daerah, tetapi mereka bukan penjahat. (stu)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER