Jakarta, CNN Indonesia -- Meskipun masih terus didera baku tembak antara pasukan pemerintah dan teroris, situasi di Suriah dianggap berangsur baik. Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhail Galuzin, mengatakan bahwa keadaan ini merupakan contoh hasil kerja sama yang baik antara Moskow dan Amerika Serikat.
"Situasi di Suriah, proses gencatan senjata dan negosiasi pihak terkait dalam konflik, itu menunjukkan bagaimana aktifnya proses solusi jika Rusia dan AS bekerja sama berdasarkan kesetaraan dan menghargai kepentingan satu sama lain. Ini merupakan contoh baik dari kerja sama antara AS dan Rusia," ujar Galuzin kepada
CNN Indonesia.com saat ditemui di kediamannya di Jakarta, Jumat (15/4).
Pada Maret lalu, Rusia dan AS akhirnya sepakat untuk mengadakan gencatan senjata agar bantuan kemanusiaan dapat sampai ke tangan warga sipil. Gencatan senjata ini dianggap sebagai pintu perundingan damai yang lebih efektif antara pemerintah Suriah dan oposisi dengan mediasi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, juga beberapa kali berbincang bahkan bertemu langsung dengan Menlu AS, John Kerry, untuk membicarakan upaya perdamaian di Suriah.
Menurut Galuzin, kini proses perundingan damai tersebut semakin maju. Pada akhirnya, AS dan Rusia berharap akan tercapai formasi badan pemerintah Suriah untuk membentuk konstitusi baru. Regulasi baru itu diharapkan dapat menentukan aturan pemilu anyar yang dianggap adil oleh rakyat Suriah.
"Tujuan bersama kami adalah untuk menciptakan situasi di mana warga Suriah sendiri yang akan menentukan sistem negara seperti apa yang akan mereka miliki, siapa pemimpinnya. Kami berharap, akhirnya proses ini akan sukses," ucap Galuzin.
Namun hingga kini, perundingan damai yang dilakukan di Jenewa ini masih terbentur satu isu besar, yaitu posisi Presiden Suriah, Bashar al-Assad.
Pemerintah Suriah menginginkan satu badan transisi dengan Assad masih berada di dalamnya. Namun pihak oposisi sama sekali tidak menginginkan kehadiran Assad dalam badan transisi itu.
Sementara itu, pemerintah Suriah telah menggelar pemilihan umum parlemen pada pekan ini di sejumlah wilayah yang dikuasai pemerintah, seperti di ibu kota Damaskus.
Di wilayah lain yang dikuasai pemberontak, warga tidak berpartisipasi dalam pemilu, dan menganggap pemilu itu hanyalah upaya untuk menunjukkan dukungan kepada Assad.
Terlepas dari pemilu, pasukan pemerintah yang dibantu pasukan udara Rusia juga terus menggempur markas kelompok teroris, seperti ISIS dan Jabhat al-Nusra, yang berafiliasi dengan al-Qaidah.
Sejak gencatan senjata diterapkan, Rusia sudah menarik sebagian besar pasukan udaranya dari Suriah. Namun, masih ada pasukan yang dipertahankan di Suriah untuk membantu pemerintah menggempur teroris atas permintaan Assad.
Sebelumnya, Galuzin mengatakan bahwa selama Assad masih membutuhkan bantuan Rusia, mereka akan tetap menempatkan pasukannya di sana.
"Kami akan siap membantu jika masih dibutuhkan. Jika tidak, kami adalah negara yang sopan. Kami akan datang jika diminta. Kami tidak tahu sampai kapan," ucap Galuzin.
(stu/stu)