Jakarta, CNN Indonesia -- Kelompok militan Abu Sayyaf di Filipina selatan mengeluarkan video ancaman eksekusi terhadap tiga sandera, selang sepekan usai pembunuhan sandera asal Kanada.
Dalam video yang diunggah di Youtube pada Selasa (3/5), seperti dikutip AFP, ditampilkan tiga sandera Abu Sayyaf yang merupakan warga negara Kanada, Norwegia dan seorang wanita Filipina. Mereka diculik pada September tahun lalu di di Pulau Samal bersama dengan John Ridsdel, warga Kanada yang dipenggal pekan lalu.
"Kepada pemerintah Filipina, tolong berhenti menembaki dan mencoba membunuh kami. Orang-orang akan diuntungkan oleh itu," kata Roberth Hall, warga Kanada, dalam video itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para sandera juga meminta pemerintah mereka untuk "memenuhi tuntutan", namun tidak disebutkan tuntutan apa yang dimaksud.
Sebelumnya Abu Sayyaf meminta tebusan sebesar 300 juta peso atau Rp84 miliar untuk pembebasan mereka, paling lambat Senin (25/4) pukul 15.00 waktu setempat. Jika tebusan tidak dipenuhi, salah satu dari keempat sandera akan dipenggal.
Saat jatuh tempo, kepala Ridsdel ditemukan telah terpenggal. Saat ini masih disandera wanita Filipina kekasih Hall, Marites Flor, dan pria Norwegia Kjartan Sekkingstad.
Mereka bertiga terlihat duduk di tanah, dengan latar belakang perkebunan kelapa. Enam militan bersenjata berdiri di belakang mereka.
Sekkingstad dalam video itu mengatakan "jika tuntutan tidak dipenuhi kami juga akan dieksekusi seperti kawan kami John beberapa hari lalu."
Salah seorang pria bersenjata memperingatkan pemerintah Manila untuk "mengambil pelajaran" dari kematian Ridsdel dan berhenti menunda pembayaran tebusan.
Baik pemerintah Kanada dan Filipina menyatakan tidak akan membayarkan tebusan dan berkompromi dengan teroris. Presiden Filipina Benigno Aquino bersikeras akan melumpuhkan para militan tersebut.
Menurut Aquino, para sandera disekap di kamp Abu Sayyaf di pulau Jolo.
Video ini muncul setelah pembebasan 10 pelaut asal Indonesia hari Minggu lalu setelah diculik Abu Sayyaf pada Maret lalu. Masih ada empat WNI lainnya yang belum dibebaskan.
[Gambas:Video CNN] (den)