Cari Selamat, WNI Sandera Abu Sayyaf Terpaksa Mengaku Mualaf

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Senin, 02 Mei 2016 16:09 WIB
Sepuluh ABK asal Indonesia dibebaskan setelah disandera Abu Sayyaf sejak akhir Maret lalu.
Sepuluh ABK asal Indonesia dibebaskan setelah disandera Abu Sayyaf sejak akhir Maret lalu. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Para ABK asal Indonesia dalam keadaan sehat ketika dibebaskan dari tangan militan Abu Sayyaf di Filipina. Segala cara mereka lakukan agar tidak menjadi korban kekerasan, salah satunya dengan mengaku sebagai mualaf.

Hal ini disampaikan oleh nahkoda kapal Anand 12 yang dibajak Abu Sayyaf pada 28 Maret lalu, Peter Barahama.

"Kita ditanya agamanya, yang Kristen berapa karena mereka selalu mengatakan mereka perang agama. Kami bertiga mengatakan kami mualaf demi menyelamatkan nyawa saya dan kawan-kawan," ujar Peter, yang terpaksa baru masuk Islam dalam penyekapan Abu Sayyaf, saat ditemui di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Senin (2/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peter dibebaskan oleh Abu sayyaf pada Minggu (1/5) setelah melalui perundingan panjang dengan pemerintah Indonesia yang dibantu berbagai pihak di Filipina.

Pemerintah Indonesia bersikeras pembebasan kesepuluh sandera tidak melibatkan pemberian tebusan. Sebelumnya Abu Sayyaf meminta tebusan senilai 50 juta peso atau lebih dari Rp14 miliar. Menurut Peter, uang tebusan itulah yang membuat Abu Sayyaf melindungi setiap WNI.

Peter mengatakan, mereka disekap berpindah-pindah untuk menghindari terendus aparat Filipina. Selain agar tidak tertangkap, lanjut Peter, hal ini dilakukan demi keselamatan para WNI. Pasalnya, jika kamp Abu Sayyaf diserbu militer, keselamatan mereka juga ikut terancam.

"Ya, lokasi pindah-pindah, tapi itu untuk keamanan kami juga karena setiap ada operasi militer mereka menghindar, tidak melakukan perlawanan. Karena ada kami, mereka takut terjadi apa-apa dengan kami," ujar Peter.

Satu bulan berselang, mereka akhirnya dibebaskan. Dalam negosiasi, tim Indonesia terdiri dari Kementerian Luar Negeri, TNI, dan pihak perusahaan dibantu oleh dua tokoh Filipina, Nur Misuari dari kelompok MNLF dan Gubernur Sulu Abdusakur Toto Tan.

"Saya dijemput dan diantar naik perahu oleh empat orang, lalu turun dan langsung naik truk. Dari sana, diantar ke rumah gubernur, lalu ke markas besar [Zamboanga], lalu ke Indonesia," katanya.

Pada Senin, kesepuluh ABK diserahterimakan ke pihak keluarga di Kementerian Luar Negeri setelah menjalani pemeriksaan kesehatan di RSPAD.

Saat ini masih ada empat WNI lainnya yang berada di tangan Abu Sayyaf. Pemerintah mengatakan masih terus mengupayakan pembebasan mereka, dengan tetap berpegang prinsip tidak akan membayarkan tebusan. (den)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER