Jakarta, CNN Indonesia -- Selama lebih dari satu bulan, sepuluh ABK WNI hidup bersama kelompok militan Abu Sayyaf sebelum akhirnya dibebaskan pada Minggu kemarin. Keseharian mereka tidak mudah, dengan pemandangan senjata yang tidak aneh lagi.
Menurut nahkoda kapal Anand 12 yang dibajak Abu Sayyaf pada 28 Maret lalu, Peter Barahama, kelompok itu selain selalu memegang senjata, juga memakai masker wajah. "Saya tidak bisa lihat muka mereka," kata Peter saat ditemui di Kementerian Luar Negeri RI, Senin (2/5).
Mereka tidur dan makan bersama dengan militan Abu Sayyaf. Apa yang kelompok bersenjata itu makan, itulah yang para sandera santap. Setelah beberapa lama, Peter mengaku telah beradaptasi dengan kehidupan para militan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tidur alas daun kelapa, makan ya ikut apa yang mereka makan. Kami beradaptasi sama yang di sana. Tidur di tanah ya ikut. Apa yang mereka makan, ya kami makan juga. Mereka tidur di mana, ya kami juga," tutur Peter.
Peter dibebaskan oleh Abu sayyaf pada Minggu (1/5) setelah melalui perundingan panjang dengan pemerintah Indonesia yang dibantu berbagai pihak di Filipina.
Pemerintah Indonesia bersikeras pembebasan kesepuluh sandera tidak melibatkan pemberian tebusan. Sebelumnya Abu Sayyaf meminta tebusan senilai 50 juta peso atau lebih dari Rp14 miliar.
Menurut Peter, uang tebusan itulah yang membuat Abu Sayyaf melindungi setiap WNI. Mereka beberapa kali harus pindah kamp karena khawatir diserbu militer Filipina.
Dia mengatakan, kelompok Abu Sayyaf tidak pernah memberikan intimidasi keras terhadap mereka. Jika pun ada ancaman, itu disampaikan dengan nada kelakar.
"Kekerasan tidak ada. Ancaman tekanan tidak ada. Mungkin mereka punya maksud biar kita cepat ditebus. Kalau tekanan mungkin menakut-nakuti kita seperti ultimatum, hanya bercanda saja," ucap Peter.
Namun Peter dan dua ABK WNI lainnya terpaksa mengaku mualaf demi keselamatan diri. "Kami bertiga mengatakan kami mualaf demi menyelamatkan nyawa saya dan kawan-kawan," ujar Peter.
Peter dan sembilan ABK lainnya telah diserahterimakan dari Kemlu RI kepada pihak keluarga. Peter mengaku tak kapok menjadi pelaut. Ia akan tetap menjalani profesi itu.
"Ini tugas yang sudah diberikan kepada saya," katanya.
(den)