Pemberontak Islam Rebut Desa Dekat Aleppo, 73 Tewas

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Jumat, 06 Mei 2016 18:32 WIB
Aliansi pemberontak Islam merebut desa di dekat Aleppo, Suriah, dari tangan pasukan pemerintah dalam pertempuran selama satu malam yang menewaskan 73 orang.
Ilustrasi Kota Aleppo, Suriah. (Reuters/Mahmoud Hebbo)
Jakarta, CNN Indonesia -- Aliansi pemberontak Islam merebut Desa Khan Touman di dekat Aleppo, Suriah, dari tangan pasukan pemerintah dalam pertempuran selama satu malam yang menewaskan 73 orang.

Merujuk pada data Syrian Observatory for Human Rights, baku hantam di desa yang terletak sekitar 15 kilometer dari Aleppo ini menewaskan 43 orang dari pihak pemberontak dan 30 personel pasukan pemerintah.

"Selama semalaman, pertempuran sangat sengit. Daerah utara Khan Touman sudah direbut," ujar Abu al-Baraa al-Hamawi dari Ajnad al-Sham, salah satu kelompok yang tergabung dalam aliansi pemberontak Islam tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti dilansir Reuters, serangan itu dilancarkan oleh aliansi pemberontak Islam yang dikenal dengan nama Jaihs al-Fatah. Formasi aliansi itu diperkuat dengan kehadiran Front Nusra yang memiliki kaitan dengan Al-Qaidah.

Front Nusra memang menolak upaya diplomatik untuk menghentikan perang dan memulai perundingan damai dengan pemerintah yang dimediasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Amerika Serikat dan Rusia sebagai dua pihak yang melakukan serangan udara di Suriah pada pekan ini menyepakati gencatan senjata di Aleppo, di mana 300 orang sudah tewas dalam dua minggu terakhir.

Namun, pertempuran masih terus berkecamuk di daerah sekitar Aleppo dan Presiden Suriah, Bashar al-Assad, bertekad untuk meraih kemenangan mutlak dari pemberontak.

Melalui sebuah telegram kepada sekutu dekatnya, yaitu Presiden Rusia, Vladimir Putin, Assad memastikan bahwa tentaranya tidak akan tinggal diam sampai merebut kembali semua daerahnya dan meredam semua agresi pemberontak di Aleppo.

"Kami meminta Rusia untuk segera menangani pernyataan yang tidak dapat diterima ini. Ini jelas merupakan upaya Assad untuk memaksakan agendanya, tapi Rusia memiliki pengaruh terhadap rezim itu untuk tetap menjaga penghentian permusuhan," ucap juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Mark Toner.

Toner juga menyatakan kebingungannya terhadap jangka waktu gencatan senjata. Pasalnya, media pemerintah Suriah mengatakan bahwa tentara mereka akan menjaga ketenangan di Aleppo hingga 48 jam, tetapi Kemlu AS menekankan bahwa tak ada kesepakatan batasan waktu gencatan senjata.

Rusia dan AS memang bekerja sama untuk menciptakan suasana kondusif dengan menyepakati gencatan senjata demi mendukung perundingan damai antara pemerintah Suriah dan pemberontak. Namun, Rusia dinilai masih menunjukkan keberpihakannya kepada sekutunya, rezim Assad.

Sebelumnya, Rusia memblokir upaya Inggris dalam membuat draf pernyataan resmi Dewan Keamanan PBB yang berisi kecaman terhadap kekerasan dan penyerangan warga sipil di Aleppo.

"Ada satu negara yang tidak setuju dan dia adalah Rusia. Itu menunjukkan dukungannya untuk melindungi rezim Assad," kata Duta Besar Inggris untuk PBB, Matthew Rycroft. (vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER