Jakarta, CNN Indonesia -- Kelompok militan Taliban mengancam akan melakukan rangkaian serangan bunuh diri di Afghanistan setelah pemerintah menghukum gantung enam tersangka teroris pada Minggu (8/5).
"Untuk meningkatkan balas dendam kepada musuh, kami memiliki ribuan militan yang siap untuk mengorbankan dirinya sendiri," demikian bunyi pernyataan resmi dari juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, seperti dikutip
Reuters.
Hukuman mati ini disebut-sebut sebagai upaya balas dendam dari Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, atas serangan bom bunuh diri oleh Taliban yang menewaskan setidaknya 64 orang di Kabul bulan lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meskipun pertempuran lebih besar diperkirakan bakal terjadi dalam beberapa pekan ke depan, keputusan eksekusi mati ini dianggap menyalakan harapan untuk melanjutkan upaya perundingan damai yang juga didukung oleh negara lain, termasuk Amerika Serikat dan China.
Kantor Kepresidenan menyatakan bahwa eksekusi itu dilakukan setelah proses pengadilan yang adil dan transparan, sesuai dengan hukum konstitusi dan Islam.
"Mempertimbangkan permohonan berulang kali dari keluarga korban serangan teroris, Presiden Ghani menyetujui hukuman mati bagi enam orang yang melakukan kejahatan besar terhadap warga sipil dan keamanan publik," demikian kutipan pernyataan itu.
Pernyataan terpisah dari badan intelijen Afghanistan kemudian menjabarkan lebih lanjut identitas dari keenam pria itu dan serangan mana saja yang mereka lakukan.
Dalam daftar tersebut terdapat nama seorang petugas intelijen Taliban di Kandahar yang terbukti membantu menyusun rencana pembunuhan Burhanuddin Rabbani, mantan kepala Dewan Perdamaian Tinggi. Terdapat pula nama anggota Taliban yang merancang bom bunuh diri di Kabul.
Taliban, yang kian banyak merebut wilayah di Afghanistan, kerap meningkatkan serangannya terhadap pemerintah sejak awal tahun ini.
Bulan lalu, mereka melancarkan serangan besar-besaran di Kunduz dan bom bunuh diri terparah di Kabul sejak 2011.
(ama)