Jakarta, CNN Indonesia -- Kenya berencana menutup semua kamp penampungan pengungsi di negaranya yang akan menyebabkan nasib 600 ribu orang terkatung-katung.
Salah satu penampungan yang rencananya akan ditutup adalah Dadaab, kamp terbesar di dunia, rumah bagi lebih dari 300 ribu orang di perbatasan Kenya-Somalia.
Seperti diberitakan
The Independent, pemerintah menutup kamp tersebut karena masalah ekonomi yang sangat berat serta isu keamanan dan lingkungan lainnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekretaris Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Internasional Kenya, Karanja Kibicho, mengatakan bahwa kelompok teror Al-Shabaab merupakan salah satu risiko yang harus dihadapi jika kamp terus dibuka.
Pemerintah Kenya sendiri sudah mengetahui risiko penutupan kamp pengungsi ini, yaitu banyak orang akan terlantar.
"Pemerintah Kenya mengetahui bahwa keputusan ini akan berdampak pada kehidupan pengungsi dan karena itu komunitas internasional harus secara kolektif memegang tanggung jawab atas kebutuhan kemanusiaan yang akan terjadi dari keputusan ini," ujar Kibicho.
Belum diketahui pasti kapan penutupan ini akan dimulai. Namun, pemerintah Kenya sudah membubarkan Kementerian Urusan Pengungsi. Dengan demikian, para pencari suaka dari Somalia terpaksa kembali ke daerah asal mereka.
Pemerintah Kenya pun dihujani kecaman dari berbagai organisasi kemanusiaan internasional, salah satunya Amnesty International, yang mengatakan bahwa keputusan ini merupakan bentuk pelepasan tanggung jawab melindungi kaum rentan.
"Ini akan menyebabkan kembalinya ribuan pengungsi ke Somalia dan negara lainnya, di mana kehidupan mereka mungkin masih dalam bahaya. Ini akan menjadi pelanggaran dari kewajiban Kenya di bawah hukum internasional," ucap Direktur Afrika Timur Amnesty International, Muthoni Wanyeki.
Kepala misi di Kenya dari Dokter Lintas Batas (MSF), Liesbeth Aelbrecht, pun menganggap tindakan ini sebagai contoh sikap mengabaikan pengungsi secara terang-terangan.
"MSF mendesak pemerintah untuk memikirkan kembali keputusan ini, dan bersama organisasi internasional lain yang sudah ada di kamp, melanjutkan penyediaan bantuan kemanusiaan dan memastikan kondisi hidup bagi ratusan ribu orang yang sangat membutuhkannya," tuturnya.
Human Rigths Watch juga angkat bicara dengan mengatakan bahwa tidak ada bukti kredibel yang menunjukkan kaitan antara pengungsi Somalia dengan aksi teroris manapun di Kenya.
Sementara itu, kondisi kamp pengungsian di Kenya kian memprihatinkan. Tahun lalu saja, Program Makanan Dunia dari Perserikatan Bangsa-Bangsa memutuskan untuk memangkas bantuan makanan bagi pengungsi di Kenya karena kurang biaya.
(ama)