Presiden Nigeria Desak Inggris Kembalikan Aset Koruptor

Denny Armandhanu | CNN Indonesia
Kamis, 12 Mei 2016 14:09 WIB
Presiden Nigeria mendesak Inggris mengembalikan aset para koruptor asal negaranya, menyusul komentar Perdana Menteri David Cameron yang tidak sengaja terekam.
Ilustrasi (Thinkstock/IakovKalinin)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Nigeria Muhammadu Buhari mendesak Inggris mengembalikan aset para koruptor asal negaranya. Komentar ini disampaikan menyusul pernyataan Perdana Menteri David Cameron yang tidak sengaja tertangkap kamera, mengatakan Nigeria "luar biasa korup."

Pernyataan Cameron itu disampaikan saat sedang berbincang dengan Ratu Elizabeth pada Selasa lalu. Cameron saat itu melaporkan soal KTT anti-korupsi di Inggris yang akan dihadiri oleh Buhari. PM Inggris tersebut mengatakan dua negara paling korup di dunia akan datang, yaitu Nigeria dan Afghanistan.

Dalam sebuah perhelatan jelang KTT tersebut di London, Buhari menegaskan tidak akan mendesak Cameron untuk meminta maaf atas pernyataannya itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya tidak akan menuntut permintaan maaf dari siapa pun. Yang saya minta adalah pengembalian aset. Untuk apa saya menuntut permintaan maaf? Saya butuh yang lebih mengikat," kata dia, sembari menggosokkan dua jarinya sebagai isyarat uang. Pernyataannya ini membuat para warga Nigeria yang hadir bertepuk tangan meriah.

Buhari yang dikenal sebagai sosok yang jujur telah bersumpah akan memberantas korupsi di Nigeria, negara penghasil minyak dan berpopulasi terbesar di Afrika.

Buhari tidak menyebutkan secara spesifik aset koruptor Nigeria di Inggris yang dia maksud. Namun beberapa tahun terakhir polisi Inggris melakukan penyelidikan aset politisi Nigeria di Inggris, termasuk milik dua mantan gubernur negara bagian dan seorang menteri perminyakan.

Salah satu dari mantan gubernur itu kini dipenjara di Inggris dan mengaku bersalah atas kejahatan pencucian uang.

Nigeria berada di ranking 136 dari 167 dalam Indeks Persepsi Korupsi yang dikeluarkan lembaga Transparency International tahun lalu. (den)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER