Jakarta, CNN Indonesia -- Penjualan minyak di pasar gelap merupakan salah satu sektor utama kelompok militan ISIS untuk meraup jutaan dolar. Namun, pendapatan ISIS di sektor ini dikabarkan tengah merosot tajam, dari sebelumnya dapat mencapai US$500 juta (Rp6,6 triliun) per tahun menjadi hanya US$250 juta (Rp3,3 triliun) per tahun.
Dilaporkan
Reuters, berbagai faktor turut menyebabkan berkurangnya pendapatan ISIS dari sektor minyak hingga 50 persen, seperti serangan udara yang menghancurkan fasilitas minyak, penurunan harga minyak global, dan upaya mengatasi penyelundupan minyak ilegal yang dilakukan negara-negara di sekitar Irak dan Suriah.
"Jumlah [pendapatan ISIS] yang kami berikan sebelumnya sampai sekitar awal tahun ini adalah sekitar US$500 juta per tahun dari penjualan minyak. Saya pikir jumlah itu berkurang secara signifikan sekarang, kata Daniel Glaser, asisten sekretaris untuk pendanaaan teroris di Departemen Intelijen Pendanaan dan Terorisme, Kementerian Keuangan AS, Rabu (11/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Koalisi serangan udara yang dipimpin AS secara intensif menargetkan sejumlah markas dan fasilitas ISIS di Irak dan Suriah, termasuk gudang senjata, tempat penyimpanan uang dan fasilitas minyak, sejak Oktober lalu.
Selain itu, anjloknya harga minyak dunia, upaya pemberantasan penyelundupan minyak ilegal oleh Turki, serta sulitnya transportasi pengangkut minyak melewati medan pertempuran membuat pendapatan ISIS dari sektor minyak terus menurun tajam.
"Sepertinya pendapatan mereka berkurang hingga setengahnya," ujar Glaser.
Selain dari sektor minyak, lanjut Glaser, ISIS juga menghasilkan sekitar US$360 (Rp4,7 triliun) per tahun dari sektor pajak di daerah yang dikuasainya. Upaya memotong pemasukan ISIS dari sektor ini tentu saja sulit, karena kebijakan ini berlaku dalam internal ISIS.
Namun, Glaser mengungkapkan upaya yang dapat dilakukan adalah dengan membatasi ketersediaan uang tunai di berbagai wilayah yang dikuasai ISIS.
"Ini akan membuat mereka kesulitan menerapkan pajak, serta dapat turut memotong pemasukan mereka di sektor minyak. Pasalnya, saya menduga praktik penjualan minyak terbesar ISIS terjadi secara internal di dalam wilayah yang dikendalikan ISIS," ujarnya.
Kabar merosotnya pemasukan ISIS dari sektor minyak sudah berhembus sejak Januari lalu, ketika seorang pejabat militer AS yang tak disebutkan namanya menyatakan bahwa kampanye udara pimpinan AS berhasil mengurangi pendapatan minyak ISIS sekitar 30 persen.
Meskipun pendapatan menurun tajam, kelompok ini masih menguasai sebagian wilayah di Irak dan Suriah, serta menyebabkan ideologi "kekhalifahannya" secara global.
Akhir April lalu, beredar kabar bahwa ISIS meraup keuntungan hingga jutaan dolar dalam sebulan dengan menjual ikan dan mobil, sebagai upaya untuk mengatasi merosotnya pendapatan dari sektor penjualan minyak setelah kalah di beberapa medan perang.
Laporan dari pengadilan pusat Irak, mengutip Hakim Jabbar Abid al-Huchaimi menyebutkan bahwa salah satu cara ISIS mendapatkan uang adalah dengan memancing ratusan ikan di danau di utara Baghdad. Beberapa warga yang lari dari tanah itu biasanya meninggalkan lahan budi daya ikan mereka, sementara sebagian lainnya sepakat untuk bekerja sama dengan ISIS agar tidak diserang.
Budi daya ikan sebenarnya sudah menjadi salah satu sumber pendapatan bagi kelompok militan sejak 2007, ketika Al-Qaidah melawan okupasi AS. Namun, skema ini baru menarik perhatian aparat pada tahun ini.
Selain itu, para militan juga memberlakukan pajak pada lahan agrikultur, retribusi unggas, dan impor ke wilayah mereka.
(ama)