Jakarta, CNN Indonesia -- Salah satu pria Muslim etnis Uighur dari China, Adem Karadag, yang diduga terlibat dalam serangan pengemboman di sebuah kuil Bangkok tahun lalu terlihat emosional ketika digiring petugas menuju pengadilan pekan ini.
Karadag merupakan salah satu dari dua tersangka bom Bangkok di Kuil Erawan pada 17 Agustus 2015, yang menewaskan 20 orang dan menyebabkan 120 lainnya terluka. Sebanyak lima orang korban tewas berasal dari China, sementara dua orang lainnya berasal dari Hong Kong.
Para pakar dan diplomat menduga serangan itu terkait dengan simpatisan minoritas Uighur di China barat yang geram karena pemerintahan junta di Thailand mendeportasi lebih dari 100 warga Uighur ke China sebulan sebelum kejadian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Polisi Thailand menyatakan bahwa para pelaku merupakan anggota jaringan yang memperdagangkan Muslim Uighur.
"Saya bukan binatang," kata Karadag dengan rambut yang tercukur habis, diborgol dan tak mengenakan alas kaki, di depan para wartawan pada Selasa (17/5), ketika diiringi petugas menuju pengadilan militer di kota tua Bangkok.
"Saya manusia, saya manusia," ujar Karadag.
Sementara, tersangka lainnya, Yusufu Mieraili, yang berada di pengadilan untuk mendengar keterangan saksi, membantah semua tuduhan yang diajukan terhadap mereka.
"Kami tidak bersalah. Bantu kami, bantu kami, di mana hak asasi manusia?" kata Mieraili ketika muncul dari sebuah mobil polisi di luar gedung pengadilan.
Tim pengacara menyatakan lebih dari 250 saksi dapat dipanggil untuk keperluan penuntutan. Pengacara Karadag, Schoochart Kanpai, berharap sidang akan berakhir pada akhir 2016, tetapi bisa saja berlanjut hingga tahun depan.
Polisi menyatakan bahwa Karadag tertangkap rekaman CCTV ketika berada di Kuil Erawan, duduk di bangku dan meletakkan sebuah ransel besar sebelum berjalan pergi. Sesaat kemudian, ledakan terjadi.
Sebagian besar warga Uighur, yang berbicara bahasa Turki, hidup dalam tindak kekerasan yang melanda wilayah Xinjiang China. Tokoh Uighur yang tinggal di pengasingan dan kelompok pemerhati HAM menyatakan Uighurs geram atas kebijakan pemerintah yang membatasi budaya dan agama mereka.
Namun, pemerintah China selalu menyangkal hal ini dan menyalahkan kelompok militan Islam atas aksi kekerasan yang meningkat.
Polisi Thailand telah mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi 15 orang lainnya, delapan di antaranya diduga warga Turki atau tinggal di Turki, sesuai dengan surat perintah dan pernyataan polisi.
Warga Turki menganggap diri mereka memiliki kedekatan budaya dan agama dengan warga Uighur.
(ama)