Jakarta, CNN Indonesia -- Perdana Menteri Irak, Haider al-Abadi, mengumumkan dimulainya operasi untuk merebut kembali daerah kekuasaan ISIS di Fallujah setelah militer meminta warga bersiap meninggalkan kota itu sebelum pertempuran dimulai.
"Saat yang menentukan untuk pembebasan Fallujah telah tiba. Momen kemenangan besar sudah dekat dan ISIS tidak punya pilihan lain selain lari," ujar Abadi melalui akun Twitter pribadinya seperti dikutip
Reuters, Minggu (22/5).
Abadi mengatakan bahwa operasi itu akan dilakukan bersama oleh tentara, polisi, pasukan kontra-terorisme, pejuang adat lokal, dan satu koalisi yang didominasi milisi Muslim Syiah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, koalisi Amerika Serikat yang selama ini menggempur ISIS di Irak dan Suriah diperkirakan akan memberikan dukungan melalui udara.
Fallujah adalah kota pertama yang jatuh ke tangan ISIS pada Januari 2014, enam bulan sebelum kelompok militan itu mengumumkan kekhalifahan di Irak dan Suriah.
Pemerintah Irak mengatakan bahwa beberapa milisi, termasuk yang pernah didukung oleh Iran, diminta untuk tidak ikut serta dalam operasi ini. Pasalnya, mereka umumnya terlibat dalam perang Ramadi dan hal ini perlu dilakukan untuk menghindari ketegangan sektarian dengan warga Sunni.
Warga di Fallujah sendiri selama ini dikepung oleh ISIS dan dilarang keluar, sementara serangan udara dari koalisi AS terus dilaksanakan.
Keluarga yang tidak dapat kabur harus mengibarkan bendera putih untuk menandai lokasi mereka. Menurut beberapa pejabat militer, taktik itu terbukti ampuh dalam sejumlah serangan belakangan ini.
Menurut Wakil Ketua Dewan Kota Fallujah, Falih al-Essawi, kini tiga koridor kamp warga sipil sudah didirikan di barat, barat daya, dan tenggara kota bagi masyarakat yang berhasil kabur.
"Tujuan kami adalah untuk membebaskan warga sipil dari tekanan dan teror ISIS," ucap Abadi.
Warga terjebakSekitar 20 keluarga sebenarnya sudah melintasi jalur selatan Fallujah pada Sabtu (21/5), tapi hanya kira-kira setengahnya yang berhasil keluar dari kota itu, sementara beberapa keluarga lain ditahan oleh ISIS. Beberapa orang tewas terkena peledak yang ditanam di sepanjang jalan oleh ISIS.
Pada Minggu, Essawi menjabarkan bahwa lebih dari 75 ribu warga sipil masih berada di Fallujah. Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Human Rights Watch mengatakan bahwa warga mengalami kekurangan makanan dan obat-obatan selama pengepungan oleh tentara pemerintah.
Bantuan tidak dapat memasuki Fallujah sejak militer Irak merebut kembali Ramadi pada Desember lalu.
Dikenal sebagai Kota Kubah dan Ibu Masjid, Fallujah merupakan simbol dari kepercayaan dan identitas Muslim Sunni di Irak. Kota ini porak poranda dalam dua serangan oleh pasukan AS saat menyerang Al-Qaidah pada 2014 lalu.
Juru bicara Abadi, Saad al-Hadithi, mengatakan bahwa pembebasan Fallujah akan membawa kembali kehidupan normal di provinsi Anbar yang pernah dikuasai penuh oleh ISIS pada 2014 lalu.
Menyusul serangan pemerintah di Rutba dan Hit, kuasa di Fallujah akan mengamankan jalan lebih dari 500 kilometer dari Baghdad ke perbatasan Yordania.
Namun, ISIS masih memegang kontrol di beberapa daerah dan kota besar, seperti Mosul. Pemerintah Irak bertekad untuk merebut Mosul tahun ini, meskipun beberapa pejabat mempertanyakan kesiapan pasukan mereka.
(ama)