Jakarta, CNN Indonesia -- Evgeny Buryakov, bankir Rusia yang dituding terlibat dengan jaringan mata-mata penghimpun data ekonomi dan intelijen di New York dijatuhi hukuman penjara 2,5 tahun dan membayar denda sebesar US$10 ribu atau setara Rp1,3 miliar.
Menurut Hakim Pengadilan Manhattan, Richard Berman, keputusan ini diambil berdasarkan pertimbangan banding sebelumnya setelah Buryakov mengaku bersalah pada Maret lalu. Buryakov juga akan dideportasi setelah hukumannya selesai.
"Hukuman ini menunjukkan keseriusan dari pelanggaran ini," ujar Berman seperti dikutip
Reuters.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Buryakov yang bekerja di bank milik negara, Vnesheconombank, ditahan pada Januari 2015 lalu dan diadili bersama dua warga Rusia lainnya, Igor Sporyshev dan Victor Podobnyy.
Secara resmi, Sporyshev bekerja sebagai perwakilan perdagangan, sementara Podobnyy bertindak sebagai atase misi Rusia di Perserikatan Bangsa-Bangsa. Namun menurut jaksa penuntut, mereka bertiga juga bekerja untuk badan intelijen Rusia, SVR.
Jaksa penuntut mengatakan bahwa ketiga orang ini bekerja sama mengumpulkan data intelijen ekonomi untuk Rusia, termasuk informasi mengenai sanksi AS terhadap Moskow. Mereka juga merekrut warga New York sebagai sumber intelijen.
Pejabat AS mengungkapkan bahwa konspirasi ini sebenarnya sudah dimulai sejak 2012, menyusul ditahannya 10 agen Rusia pada 2010 yang akhirnya mengaku bersalah.
Buryakov sendiri berperan sebagai agen bagi Rusia dan SVR yang mengumpulkan informasi berkaitan dengan Kementerian Perdagangan AS dan Bursa Efek New York.
Upaya yang dilakukan oleh Buryakov termasuk menyusun daftar pertanyaan bersama Sporyshev untuk ditanyakan kepada Bursa Efek New York pada Mei 2013.
Dalam daftar tersebut terdapat pertanyaan seperti "mekanisme mengacaukan pasar." Pertanyaan itu kemudian diserahkan ke Bursa Efek oleh kepala biro kantor berita Rusia, ITAR-TASS.
Buryakov akhirnya ditahan, tapi tidak demikian dengan Sporyshev dan Podobnyy karena mereka memiliki kekebalan diplomatik.
(ama)